Berkendara di jalan raya perkotaan, entah itu roda dua maupun roda empat, dengan lalu lintas sangat padat bisa menguras emosi jiwa.
Hal itu dikarenakan selalu saja ada kejadian-kejadian yang tidak kita inginkan sehingga sering sekali terjadi konflik yang disebabkan oleh hal-hal sepele. Meski penyebabnya sepele, tetapi efek yang diakibatkan sama sekali tidak sepele.
Adu mulut, adu jotos, adu nyali dan adu-aduan lainnya sering sekali banyak terjadi di jalan raya kota. Itulah sebabnya, banyak yang berpikir bahwa berkendara di jalan perkotaan pasti tidak sama dengan berkendara di jalan pedesaan. Di pedesaan pasti lebih asri, toleransi, ramah, tanpa polusi dan lain sebagainya.
Tapi, tunggu dulu! Benar gak sich kaya gitu?
Baca dulu beberapa hal yang pernah saya jumpai selama berkendara di desa! Saya yakin semua pembaca akan berpikir ulang dengan anggapan bahwa menggunakan kendaraan di desa-desa lebih aman, nyaman, sehat dan tidak menguras emosi jiwa.
Pertama, polusi. Siapa bilang berkendara di desa bebas polusi? Jika yang Anda maksud polusinya adalah polusi yang berasal dari asap knalpot yang diakibatkan padatnya jumlah volume kendaraan, mungkin benar. Tetapi berkendara di pedesaan pun sama, ada polusi yang ditimbulkan oleh para petani yang membakar sampah limbah pertanian tanpa memikirkan pengguna jalan.
Para petani ini selalu membakar sampah sisa-sisa mereka bertani tanpa melihat lokasi yang tepat. Di mana mereka seringkali menumpuk sampah tersebut di pinggir jalan kemudian membakarnya. Alhasil, asap tebal hasil pembakaran terkadang menghalangi jalan yang akan dilintasi.
Dan tumpukan pembakaran ini tidak hanya satu atau dua, melainkan bisa hampir di sepanjang jalan tempat lokasi mereka melakukan cocok tanam. Tentu saja ini sangat mengganggu pengendara jalan karena jarak pandang yang terganggu dan bisa membahayakan.
Kedua, menjemur hasil tani di jalan umum. Ketika panen tiba, para petani akan menjemur hasil panen mereka agar kadar air yang terkandung di hasil tani mereka berkurang. Itu bisa berlaku untuk hasil panen apa saja. Bisa cengkih, kopi, padi dan lain sebagainya.
Tetapi yang menjadi masalah adalah lokasi mereka menjemur hasil bumi itu tidak memilih lokasi yang tepat. Mereka menjemur di sepanjang jalan umum yang seharusnya steril dari apa saja yang bisa mengganggu proses lalu-lalang kendaraan.