PARADIGMA BARU KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DALAM MEMBANGUN BUDAYA POSITIF ANAK
ARTIKEL 11
Oleh: Elmiya Sari, S.Pd.
Tantangan Menulis 70 hari PMA
Budaya positif sejatinya harus dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu dengan cara merubah mindset. Namun seringkali kita berpemikiran bahwa kita bisa merubah mindset seseorang dengan cara menghukum, memberi hadiah, atau jika kedua cara tersebut tidak berhasil maka kita akan melakukan jurus andalan yaitu dengan memaksa.
Terdapat beberapa paradigma yang keliru selama ini yaitu paradigma stimulus respon yang menyatakan bahwa kita bisa mengontrol murid dengan sekehendak hati tanpa memikirkan perasaan serta keinginan murid. Kita sering beranggapan bahwa dengan melakukan kritikan yang dapat menimbulkan rasa bersalah akan menguatkan karakternya.
Kita selama ini beranggapan bahwa semua penguatan positif adalah cara yang efektif dan bermanfaat. Dan yang lebih ironis lagi kita beranggapan bahwa orang dewasa dalam hal ini guru dan orang tua memiliki hak untuk memaksa anak-anak. Padahal paradigma stimulus respon bukanlah pilihan yang bijaksana untuk diterapkan.
Berbeda halnya dengan paradigma teori kontrol yang mempunyai pandangan yang bijak dalam menghadapi anak
dan orang dewasa. Paradigma teori kontrol beranggapan bahwa semestinya kita berusaha memahami pandangan orang lain bukan mengontrol pandangan. Teori kontrol berpendapat bahwa hanya diri kita sendiri yang dapat mengontrol apa yang menjadi prinsip dan nilai diri bukan orang lain.
Dengan kolaborasi dan konsensus dapat menciptakan pilihan-pilihan baru melalui sharing bersama bukan dengan paksaan ketika bujukan gagal. Teori kontrol menawarkan kemenangan baik bagi diri kita dan orang lain. Karena sejatinya untuk menciptakan budaya disiplin diperlukan cara yang bijaksana.
Berbicara tentang disiplin, disiplin sendiri berasal dari bahasa Latin, 'disciplina', yang artinya belajar. Meurut Socrates dan Plato Disiplin diri adalah suatu pemikiran yang membuat orang menggali potensinya menuju sebuah tujuan, menurut apa yang dihargainya.