Lihat ke Halaman Asli

Sahabat Seperjuangan tapi Beda Nasib

Diperbarui: 27 Oktober 2022   22:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image caption (dokpri)

Mengarungi dunia pendidikan dari tahun dua ribu lima. Berawal dari guru les cuma masuk dua kali dalam seminggu. Akhirnya membuat saya mengenal dan dikenal oleh banyak sahabat. 

Dari guru les berangsur menjadi guru honor. Lika liku perjalanan jadi guru sangatlah panjang. Berbagai macam perangai anak didik telah dilewati. Alhamdulillah masih bertahan sampai sekarang. Kalau lagi banyak anak didik yang perangainya kumat rasanya diri mau mati terjengkang.

Namun apapun itu ditahankan saja, karena yang namanya anak didik berasal dari keluarga yang berbeda. Tentunya mereka juga dari latar belakang suasana keluarga yang bermacam-macam pula. 

Ada wataknya yang keras, ada pula yang lembut. Ada pula yang pantang tersinggung. Akan tetapi dianya suka menyinggung teman, tapi dianya tak mau disinggung. Ada pula yang sukanya tidur Mulu. Ada pula yang malah naksir sama gurunya sendiri. Ada yang suka pulang sebelum waktunya. Waduh...pokoknya berbagai macam deh. Semua perangai ada. 

Namun sekali lagi sebagai seorang guru tentunya saya dan teman-teman harus sabar menghadapinya. Apalagi yang namanya anak usia SMP, lagi masa-masanya pubertas. Masa dimana anak sedang mencari jati dirinya. Jadi sebagai guru harus faham itu. Tentang fase-fase perkembangan anak. Terutama anak-anak didik yang sedang dihadapi. 

Nah, singkat cerita pada tanggal 07 November 2008 saya diangkat jadi kepala sekolah oleh yayasan tempat saya bernaung. Dari situ saya mulai sibuk. Mengelola kegiatan sekolah dan data sekolah. Pada waktu itu, ada dua jenis data sekolah yang harus dikuasi, yakninya Dapodik dan Padamu Negeri. 

Saat itu kami tidak punya TU, jadi saya sendiri yang mengutak atik semuanya. Sampai saya berjumpa dengan sahabat-sahabat saya yang luar biasa. Salah satunya yang ada di fhoto ini. Lama juga kami jalan bersama dalam urusan ini. 

Karena beliau adalah TU pada salah satu sekolah swasta yanga ada di kecamatan Kandis pada waktu itu. Jadi susah senangnya kami jalani bersama. Nangis besama tertawa bersama pokonya ya semuanya.

Nah, beruntung nasibnya dia, sekarang sudah jadi PNS. Karena beberapa tahun yang lalu dia pindah honor ke sekolah negeri. Dari situ dia ikut tes P3k. Alhamdulillah lulus. Sebagai sahabatnya tentu saya juga sangat bangga dengannya. Karena Sampai saat ini dia masih tetap jadi sahabat baik saya. Walaupun sudah berbeda nasib. Dia sudah punya NIP saya masih tetap seperti yang dulu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline