Lihat ke Halaman Asli

Perjuangan dan Air Mata

Diperbarui: 22 September 2022   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Perjuangan dan air mata

Berangkat dari gelisahnya jiwa yang selama ini melanda. Seperti halnya pandemi melanda negeri. Seperti itu pulalah keadaan kami di SMP Muhammadiyah Kandis. 

Tepatnya sejak pandemi melanda awal tahun ajaran 2021, kami cuma dapat siswa baru dua orang saja waktu itu. Siang malam aku berfikir apa yang harus aku lakukan untuk bisa hidup dan menghidupkan di SMP Muhammadiyah Kandis tempat aku bekerja.

Kenapa saya bilang begitu, karena sebenarnya semuanya, saya dan guru-gurulah yang memikirkannya. Bagaimana bisa dapat murid, bagaimana membayar honor guru, bagaimana biar sekolah itu bisa terus berjalan dengan baik. Ya, semuanya dari segala segi.

Lalu mungkin timbul pertanyaan, honor dari yayasan apa tidak ada ?. Bukan ingin menjelekan yayasan tidak sama sekali. Akan tetapi memang yayasan tidak punya pemasukan dana untuk pembayaran honor guru. Karena yayasan SMP Muhammadiyah Kandis memang tidak punya apa-apa, tepatnya begitu.

Berangkat dari situ kami pun sangat faham dengan situasi sekolah kami. Kami malah bersyukur sudah dikasih lapangan pekerjaan. Jadi sebagai guru, kami tidak berani menuntut honor dari orang-orang yayasan. Apalagi mereka sudah pada lanjut usia. Takutnya nanti gara-gara masalah ini kesehatan mereka terganggu pula.

Alhasil, kami hanya mengandalkan dana dari pemerintah untuk membayar honor guru. Yakni dana bos yang tidak seberapa dan juga dana rombel. Dari situlah kami menunggu honor setiap uang itu ada, itupun dibayar secara dicicil, karena uang itu tidaklah cukup. Apalagi harus dibagi dengan biaya operasional sekolah.

Nah pada tahun ini karena ada masalah kemaren dengan pengajuan di SIPD, maka dana rombel kami sudah hampir satu tahun ini belum mencair. Jadi boleh dibilang kami sudah puasa lebih kurang dua tahun dari honor. 

Beranjak dari penderitaan ini. Sayaberdoa Setipa saat kepada Yang Maha Hebat. Pemilik alam semesta. Raja semua makhluk, yang Maha Kaya dan Maha Penyayang. Agar saya dan sahabat saya yang ada di SMP Muhammadiyah Kandis diberikan jalan keluar dari masalah ini. 

Agar kami tetap bisa bekerja dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sahabat saya ada yang jadi tukang pangkas rambut. Ada juga yang mencari ikan di danau. Begitulah cara kami mencari makan, diluar sebagai pendidik di SMP Muhammadiyah Kandis.

Sedangkan saya sendiri, Alhamdulillah dibukakan jalan oleh Allah sebagai penulis. Melalui bimbingan tangan Omjay dan para timnya. Alhamdulillah sampai hari ini saya sudah bergerak dibidang tulis menulis, disela-sela kesibukan saya yang ada disekolah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline