Lihat ke Halaman Asli

Kain Kafan

Diperbarui: 9 Agustus 2022   05:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sautu waktu, ketika  sudah datang Izrail. Untuk mencabut nyawamu.  Pada saat itu semua akan menggigil. Penuh kedinginan. Badan tak lagi hangat.  Beberapa saat kemudian sekujur tubuhmu akan terbungkus kain kafan. Saat itu fardu kifayah akan berlaku pada dirimu. Semua harta benda, sanak saudara, anak dan istri, rumah mewah akan tinggal. Emas berlian yang terpasang dijari, di tangan di leher ditelinga dan dimana saja akan dilepas. Tidak ada yang diizinkan untuk ikut satupun denganmu.

Setelah engkau dimandikan. Kain putih yang dibalutkan. Baju baru yang ada di lemari, sepatu baru, jas baru mukena baru, bedak baru, tas baru, mobil baru, rumah baru mengkilat dan bertingkat bak istana, uang berjuta-juta serta deposito di bank  dan semua barang apapun yang engkau cintai dan miliki semua akan ditinggal. Setelah engkau dishalatkan di depan imam engkau di letakkan. Yang biasanya engkau berdiri di belakang imam, kini engkau dibujurkan di depan imam dan di depan semua jamaah. Setelah itu kepusaramu kau diantarkan

Kau ditinggalkan di dalam kubur yang gelap gulita. Disana tidak ada lampu penerang, disana tidak ada senter, disana tidak ada obor, disana tidak ada bulan dan matahari, disana juga tidak ada bintang. Yang ada hanya gelap. Gelap gulita, panas membara, disana tidak ada udara.

Setelah masuk ke kubur, berselimut kain kafan, beralaskan tanah, berbantalkan tanah, tidur sendirian tiada teman, tiada sanak saudara. Tiada ayah, ibu, kakak, adik, kakek dan juga nenek. Hanya sendiri. Betul-betul sendiri. Mempertanggung jawabkan semua perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia. Andai nasib baik maka syurgalah tempat yang akan dituju. Andai nasib celaka maka nerakalah tempat yang akan dituju.

Dunia yang fana telah ditinggalkan. Tiada lagi terdengar hiruk pikuk kehidupan dunia. Kini alam sudah berbeda. Yang dihadapi adalah malaikat siang dan malam setiap waktu. Kain kafan berangsur koyak, bahkan hancur dimakan tanah. Kulit mulus berubah jadi mangsa cacing tanah, dimangsa ular, lipan dan kalajengking.

Disana tiada lagi bantuan. Disana tiada lagi tempat mengadu. Tak ada saudara, ibu dan ayah yang akan menolong. Hanya sendiri. Menghadapi pertanyaan demi pertanyaan dari malaikat mungkar dan nakir.

Mari semua yang punya diri. Kita ingat itu sebelum terlambat. Tiada kata terlambat untuk bertobat. Tiada kata terlambat untuk menyadari kesalahan diri kita. Tiada kata terlambat untuk mengumpulkan pahala. Tiada kata tery untuk berbuat baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline