Tiada terasa perputaran waktu bergulir laksana bola api yang mengitari dunia. Hingga tibalah saatnya semua umat muslim memasuki hari lebaran yang kedua yakninya hari lebaran haji, yang disebut juga dengan idul Adha. Tiga bulan telah berlalu, saat gema takhbir itu berkumandang diseluruh penjuru kubah mesjid. Sahut bersahut dari satu mesjid ke mesjid yang lain. Rasanya baru kemaren, tapi hari ini lebaran yang kedua sudah mengetuk semua pintu sebagai tamu.
Gemah takhbir yang dirindu pun tiba lagi. Menghiasi kedua telinga dengan kalimat tauhid yang digemakan diseluruh mesjid. Sebagai muslim yang beriman, tentu saja rasa bahagia mendengar lantunan takhbir itu sungguh tak dapat dielakkan. Air mata menetes mengingat orang-orang yang disayangi sudah tiada. rasa rindu ingin berkumpul dihari raya besar ini hanya jadi angan-angan. Terkubur oleh hampanya hati yang lagi merindu.
Pada hari idul Adha ini, setelah melaksanakan shalat hari raya secara berjamaah di mesjid, maka semua umat muslim berbondong-bondong turun ke lapangan membawa hewan kurban masing-masing. Menyaksikan penyembelihan yang begitu mengerikan sebenarnya, kalau seandainya yang disembelih itu adalah leher kita sendiri.
Akan tetapi, bagi hewan kurban yang sudah dikurbankan pada hari ini, mereka akan mendapatkan suatu kebahagiaan dan suatu kehormatan disisi Tuhannya Ilahi Robbi. Hewan yang dikurbankan pada hari lebaran haji ini, darahnya akan langsung diterima oleh Allah subhanahu wa ta'ala sebagai pahala dari orang-orang yang telah mau menundukkan diri kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan menyisihkan sebahagian harta mereka untuk berkurban.
Sebelum darah hewan kurban itu menyentuh tanah maka pahala bagi pemilik kurban sudah diberikan oleh Allah Subhanahu Wa ta'ala. Laporan malaikat sudah sampai kepada Allah bahwa ada di antara hamba-hambanya yang taat, yang pada hari ini telah memiliki kelebihan harta benda dan dengan ikhlas. sudah melaksanakan kurban sebagai bukti bahwa dia tunduk dan patuh kepada perintah Allah Subhanahu Wa ta'ala.
Sesungguhnya peristiwa kurban ini bukan hanya terjadi pada hari ini saja, akan tetapi jauh di zaman dahulu sudah terjadi pada zaman nabi Ibrahim dengan nabi Ismail. Karena patuh dan taatnya nabi Ibrahim kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Malam harinya dia bermimpi bahwa dia diperintah oleh Allah SWT untuk menyembelih anaknya Ismail. Padahal Ismail adalah anak satu-satunya dari nabi Ibrahim yang lama pula baru didapatkannya. Akan tetapi Allah telah menguji keikhlasan nabi Ibrahim, Allah telah menguji ketaatan nabi Ibrahim, dengan mengilhamkan ke dalam mimpinya agar dia menyembelih anaknya sendiri sebagai tanda ketaatan dan kepatuhannya kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Maka mimpi itu pun keesokan harinya disampaikan oleh nabi Ibrahim kepada anaknya nabi Ismail. Setelah nabi Ismail mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya nabi Ibrahim maka nabi Ismail menjawab, kalau seandainya itu memang benar-benar perintah dari Tuhanmu wahai ayahku, maka lakukanlah demi ketaatan kita kepadanya. Saya Ikhlas dengan semua itu kata nabi Ismail. Mendengar jawaban anaknya ini maka nabi Ibrahim pun melakukan apa yang sudah diperintahkan oleh Allah SWT.
Pada hari itu juga nabi Ibrahim mengambil sebilah pisau yang sangat tajam dan menyembelihkannya ke leher nabi Ismail. Walaupun di dalam hatinya sangatlah terasa iba dan menahan kepedihan hati yang amat dalam, karena akan berpisah dengan anak kandungnya sendiri yang sangat ia cintai. Akan tetapi melihat ketaatan nabi Ibrahim, seketika itu juga Allah mengganti nabi Ismail yang disembelih oleh nabi Ibrahim dengan seekor domba.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari kejadian di atas ialah bahwa sesungguhnya kita ini hanyalah hamba. Hamba yang harus taat kepada Tuhannya. Hamba yang harus patuh dan ikhlas kepada panggilan Tuhannya. Seperti halnya hari ini kita sudah dituntut oleh Allah untuk berkurban menyisihkan, sedikit dari harta benda kita untuk bersedekah kepada fakir miskin, sanak saudara, tetangga kanan kiri, agar ukhuwah islamiyah terjalin dengan erat di antara sesama kita umat muslim maupun dengan umat lainnya.
Penyembelihan hewan kurban, juga menggambarkan bahwa tidak ada perbedaan di antara manusia dihadapan Allah Subhanahu Wa ta'ala, walau seorang rasul sekalipun seperti halnya perintah yang disampaikan oleh Allah kepada nabi Ibrahim dan nabi Ismail. Maka oleh sebab itu sebagai manusia janganlah kita sombong dengan kedudukan, janganlah kita congkak dengan kekayaan, janganlah kita saling mengejek terhadap orang yang tidak punya, karena di hadapan Allah yang paling berharga itu hanyalah ketaatan seorang hamba.
Allah tidak pernah menilai rupa kamu, Allah tidak pernah menilai pakaianmu, Allah tidak pernah menilai harta kekayaanmu, akan tetapi Allah menilai seberrapa besar ketaatan yang ada di dalam hatimu." Wamaa khalaqtul jinna wal insa illa liya'buduun", Tidaklah aku jadikan jin dan manusia kecualli hanya semata-mata untuk taat dan tunduk kepadaku", kata Allah. Oleh sebab itu marilah kita mengajak diri kita untuk selalu kembali kepada-NYA dalam keadaan apapun dan sedang berada dimanapun.