Rintik hujan mengalun di atap. Lembut dan halus, seolah bertabur pesona. Seperti goresan piano yang memukau. Menenangkan hati, menyentuh jiwa.
Dalam dinginnya hujan yang membasahi bumi. Ku kenang masa lalu, kala hujan turun membanjiri hati. Bersama gelak tawa dan senyum bahagia. Saat itu kenangan indah yang tak terlupakan menjelma.
Rintik hujan menghipnotis alam semesta. Menari-nari lembut, bercampur aduk di atas atap rumah. Menjalin ikatan antara langit dan bumi yang terhampar luas. Sebagai ungkapan cinta yang tak terucap dari semesta alam.
Seperti air mata yang jatuh dalam diam. Rintik hujan menceritakan cerita dalam sepi. Menggugah hati, membuat sesal hadir dan pergi. Namun juga memberi harapan bagi yang merindu di hati.
Rintik hujan, engkau penyemangat pagi. Memberikan ketenangan, menghapus khawatir di hati. Melangkah pelan, jangan cepat berlalu. Biarkan aku menikmati hadirmu dalam kesunyian pagi ini.
Rintik hujan, betapa indah pesanmu. Kau hadir mengajarkan tentang kesederhanaan hidup ini. Tetap bersemangat meski dunia terasa gelap dan sunyi. Seperti rintik hujan yang selalu ada dan tak pernah berhenti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H