Lihat ke Halaman Asli

Kebaikan yang Tak akan Terlupakan

Diperbarui: 23 Agustus 2024   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hutan lebat dan sungai yang jernih, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Bima. Bima dikenal sebagai anak yang rajin dan selalu membantu orang tuanya. Namun, keluarganya sangat sederhana, mereka hidup pas-pasan dari hasil bertani.

Suatu hari, desa mereka dilanda kemarau panjang. Tanaman-tanaman mati kekeringan, dan sumber air mulai mengering. Para penduduk desa mulai merasa putus asa karena mereka tidak tahu bagaimana cara bertahan jika hujan tak kunjung datang.

Suatu pagi, ketika Bima sedang mencari kayu bakar di hutan, ia bertemu dengan seorang lelaki tua yang tampak kelelahan. Wajahnya keriput dan pakaiannya lusuh, namun matanya memancarkan kehangatan yang sulit dijelaskan. Lelaki tua itu meminta air kepada Bima, namun Bima sendiri hanya membawa sedikit air untuk perjalanannya.

Walaupun begitu, tanpa ragu, Bima memberikan airnya kepada lelaki tua itu. Lelaki tua itu tersenyum penuh syukur dan berkata, "Anak muda, kebaikanmu tidak akan terlupakan. Pulanglah, dan lihatlah apa yang terjadi."

Bima bingung, namun ia memutuskan untuk mengikuti nasihat lelaki tua itu. Setibanya di rumah, awan-awan gelap mulai berkumpul di langit. Hujan deras pun turun, membasahi bumi yang kering. Tanaman-tanaman kembali segar, dan sungai yang hampir mengering meluap penuh air.

Para penduduk desa bersorak gembira, mereka menyebut hujan itu sebagai berkah dari surga. Namun, hanya Bima yang tahu, bahwa hujan itu mungkin adalah balasan dari kebaikan yang ia lakukan kepada lelaki tua di hutan.

Kebaikan kecil yang ia lakukan, meski tampak sederhana, telah membawa berkah besar bagi seluruh desa. Sejak hari itu, Bima belajar bahwa kebaikan, sekecil apapun, tidak akan pernah terlupakan.

Bahkan, terkadang kebaikan itu kembali kepada kita dalam bentuk yang lebih besar dan tak terduga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline