Lihat ke Halaman Asli

Elma Shania

Belum tau

Broken Home

Diperbarui: 28 Desember 2021   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Broken home adalah suatu keadaan dimana tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga, yang dimana kurangnya kasih sayang dan cinta di dalam rumah tersebut sehingga membuat terjadinya keributan hingga adany KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). 

Dalam kasus ini, sang anaklah yaang menjadi imbasnya. Banyak sekali anak-anak yang mulai dari usia remaja hingga usia dewasa mencari pelarian terbaik menurut mereka, contohnya pergi keluar rumah untuk mencari ketenangan, berkumpul bersama teman-teman untuk mencari kebahagiaan, mencari dan menemukan kekasih dengan harapan merasa dicintai bahkan tidak sedikit pula anak-anak mencari pelarian ke arah jalan yang salah.

Tidak sedikit pula orang-orang diluar sana beranggapan bahwa jika seorang anak terlahir dari keluarga broken home, maka kelak kehidupan untuk kedepannya juga ikut hancur. Statements seperti itu adalah salah besar, karena anak-anak broken home itu kuat. Alasannya adalah mereka telah didewasakan oleh keadaan, dituntut agar selalu tegar dan mereka juga telah mendapatkan pengalaman yang berharga dalam kehidupan mereka.

Sebagian besar orang-orang beranggapan bahwa anak-anak dapat dikatakan sebagain seorang broken home ketika orangtua mereka cerai. Namun, dibalik itu ada faktor dan penyebab lain yang dapat dikatakan bahwa seorang anak terlahir dan hidup sebagai broken home, diantaranya adalah :

1. Kurangnya bahkan tidak adanya kedekatan antara anak dan orangtua sehingga si anak menganggap bahwa kehadirannya tidak berharga di mata kedua orangtuanya.

2. Kurangnya apresiasi, pujian dan dukungan dari orangtua kepada sang anak.

3. Orangtua yang tidak memiliki waktu luang untuk sang anak sehingga menimbulkan sang anak akan menjadi seorang yang memliki karakter penutup, pemurung dan merasa tidak berharga.

4. Orangtua yang selalu menuntut sang anak untuk terlihat sempurna dan tidak bisa mentolerin kekurangan-kekurangan yang ada dalam diri si anak.

5. Orangtua yang melakukan kekerasan fisik terhadap anak, seperti memukul, menampar, dan kekerasan fisik lainnya yang menimbulkan rasa trauma yang dalam pada kehidupan mereka.

6. Orangtua yang selalu menyumpah dengan perkataan buruk kepada anak dan membentak si anak.

7. Orangtua yang tidak mau mendengarkan keluh kesah si anak, menggangap bahwa cerita si anak tidak begitu penting.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline