Lihat ke Halaman Asli

Elma Fadilah Putri

Small people with a big dreams.

Hilangkan Stress dengan Teori Kognitif dan Perilaku

Diperbarui: 22 Maret 2022   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

shutterstock.com

Di antara kalian pasti sudah tahu banyak tentang apa itu stress dan berbagai macam jenisnya. Tapi tahukah kalian bahwa stress dapat disebabkan oleh pikiran dari dalam diri kita sendiri? Coba ingat-ingat ketika kamu merasa stress seperti saat mengejar tujuan kerja atau saat dikejar sama deadline tugas kuliah yang begitu banyak. Lalu kamu coba melihat teman-teman di sekitarmu yang juga sedang mengalami hal yang sama, apakah mereka semua terlihat merasakan kesulitan juga? Apakah ada yang terlihat santai seolah tidak ada beban? Kamu pasti akan melihat berbagai reaksi dari orang-orang sekitarmu.

Cognitive Behavioural Therapy (CBT) atau Terapi Kognitif dan Perilaku merupakan bentuk psikoterapi yang berfokus pada bagaimana pola pikir seseorang dapat memengaruhi perasaan, emosi, dan perilaku seseorang. Secara umum, ketika seseorang berusaha untuk belajar mempertimbangkan pikirannya, kondisi emosional mereka akan meningkat, yang kemudian dapat memudahkan mereka dalam membuat keputusan yang lebih baik dengan lebih mudah. Dan akhirnya hal ini dapat membantu seseorang menjadi lebih baik dan menjadi sosok yang produktif di lingkungan mereka.

Epictetus, seorang sage Yunani Kuno dan filsuf Stoa dengan pandangan hidupnya yang berfokus pada pengendalian diri dan hidup sesuai alam mengatakan bahwa "Men are disturbed not by things, but by the views which they take of things. Thus death is nothing terrible, else it would hane appeared so to Socrates. But the terror consists in our notion of death, that is terrible. When, therefore, we are hindered, or disturbed, or grieved let us never impute it to others, but to ourselves; that is, to our own views. It is the action of an uninstructed person to reproach himself; and of one perfectly instructed, to reproach neither others or himself."  Pandangan Epictetus tersebut dikenal dengan istilah dikotomi yang dipakai sebagai kunci kehidupan menjadi lebih tenang. Dapat dikatakan bahwa semua filsuf Stoa termasuk Epictetus mengikuti prinsip dasar ini. Dengan dikotomi kontrol tersebut dapat digunakan untuk menentukan apa yang dapat dikendalikan dan apa yang ada di luar kendali manusia.

Apa yang membuat respon kita berbeda saat menghadapi stress ialah perspektif atau interpretasi kita terhadap situasi itu. Ajaran ini menunjukkan bahwa permasalahan mengenai kebahagiaan diperoleh dengan mengendalikan pemikiran dan emosi yang negatif. Salah satu pionir terapi kognitif, Albert Ellis menambahkan bahwa hal-hal yang membuat seseorang terganggu yaitu karena pemikiran irasional yang cenderung kaku, tidak sejalan dengan kenyataan yang ada, tidak masuk akal, cenderung merugikan, dan juga adanya hal yang menyebabkan seseorang sulit dalam mengejar tujuan hidup mereka.

Nah, buat kamu yang mungkin sedang merasa stress dalam menjalani hidup, cobalah lakukan beberapa tips di bawah ini:  

1. Identifikasi perspektif mana yang kamu ambil dalam situasi ini atau seperti apa kamu memaknai situasi ini. Cobalah melihat perspektif lain pada situasi yang lebih spesifik. Hal ini diperlukan karena kita cenderung menggeneralisasi tentang suatu peristiwa dan akan lebih mudah untuk berlatih mengidentifikasi ketika situasinya lebih spesifik.  

2. Telusuri bukti yang mendukung dan menentang posisi kamu. Mungkin saja pikiran kamu cenderung tidak rasional. Misalnya begini, saat pacarmu sudah lama tidak memberi kabar sampai membuat kamu merasa kesal dan cemas, kamu mengambil perspektif atau memaknai kejadian itu dengan "Pasti dia selingkuh." Kemudian kamu menelusuri buktinya untuk menyimpulkan apakah yang ada dalam pikiranmu itu benar atau salah. Kamu telah memiliki bukti yang mendukung: "Dia sudah lama tidak memberikan kabar." Dan bukti yang tidak mendukung: "Tapi kita sudah berpacaran selama 2 tahun dan dia tidak pernah selingkuh sebelumnya." "Aku juga sudah dikenalkan dengan orang tuannya."  

3. Pertimbangkan respon dari perilaku kamu. Apakah respon kamu itu pantas? Gimana tanggapan orang lain terhadap sikapmu? Apakah responmu itu perlu dilakukan sekarang?

Tips di atas tampak sederhana, tapi tentu tidak mudah dilakukan. Pastinya kamu perlu waktu untuk mendefinisikan perilaku kamu, mempertimbangkan bukti yang ada, dan memikirkan tanggapan kamu terhadap beberapa bukti seperti di atas. Cobalah untuk bisa menguasai pikiran dan emosi kamu sebelum mengambil sebuah keputusan. Tanyakan kepada dirimu, ingat untuk selalu berpikir positif dan pikirkan secara matang dampak apa yang akan terjadi padamu ke depannya. Dengan itu, kamu dapat meminimalisir dampak yang bakal terjadi dan kamu akan dapat mengatasinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline