Lihat ke Halaman Asli

Ellyta Lufihasna Wakhanda

Blogger | Full time mom | Magister Pendidikan

Tentang Filosofi Jawa "Sawang Sinawang"

Diperbarui: 9 Agustus 2022   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagaimana kita memaknai kehidupan, seperti itulah kita menjalaninya. Kali ini saya ingin menyampaikan tentang sebuah filosofi Jawa. 

Dalam filosofi Jawa ada sebuah ungkapan yaitu “Sejatine urip kuwi mung sawang sinawang” yang artinya kurang lebih yaitu “Hakekat hidup itu hanyalah persoalan bagaimana seseorang memandang/melihat sebuah kehidupan".

Begitu sederhana, namun memiliki kedalaman makna, itulah filosofi Jawa. Persoalan “melihat orang lain” dan “dilihat orang lain”ternyata amat sering kita jumpai bahkan kita alami sendiri. 

Bahwa terkadang dalam kehidupan ini, “bayangan dari kenyataan” merupakan sesuatu yang bisa/ingin diterima pikiran kita, sementara kenyataan yang didapat kadang sama sekali berbeda atau bahkan tak pernah kita tahu.

Tahu kenapa hidup kita mulai tidak enak? Karena kita mulai memandingkan hidup kita dengan hidup orang lain. 

Membandingkan apa yang mereka punya, sementara kita tidak. Terselip rasa iri akan jalan mereka yang lurus, sedang jalan kita berputar-putar penuh liku. 

Menginginkan perjuangan mereka yang begitu mudah, sedang perjuangan kita begitu sulit hingga seringkali diri merasa payah. Yahh…Membandingkan adalah aktivitas tanpa akhir. Tersebab itulah kita lupa tentang hakikat syukur.

Seperti halnya Aisyah ra yang pernah “menyawang” akan nikmatnya hidup Sang Suami, Rasulullah SAW. 

Namun, pada akhirnya ia terheran tatkala beliau (Rasulullah saw) sedang mengerjakan sholat tahajud sampai membuat kaki Rasulullah bengkak sebab berdiri terlalu lama. 

‘Aisyah melihat hal tersebut dan berkata kepada Nabi,“Wahai Rasul, mengapa engkau selalu melakukan ini di malam hari, sedangkan hal ini bukanlah suatu kewajiban? Dan juga, bukankah semua dosa-dosamu baik yang akan datang ataupun dosa yang telah lalu akan diampuni oleh Allah?”Rasulullah Nabi Muhammad Saw. pun tersenyum dan beliau berkata,“Apakah salah apabila aku ingin menjadi Hamba Allah yang bersyukur?”

Syukur, apakah kita sudah benar-benar meresapinya dengan baik? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline