Entah kenapa saya menonton film ini. Anehnya lagi, saya yang sedang di fase malas dengan ritme yang panjang dan bertele-tele itu bisa menyelesaikan nonton film ini tanpa ngedumel dan tanpa jeda hingga usai, plok-plok. Pstttt, siapa saja yang membaca ulasan ini, saya ingatkan bahwa ulasan saya yang saya buat senyaman peranakan saya ini mengandung sedikit spoiler. Tenang, paling 30% lebih-lebih sedikit.
Entah apa gerangan yang menuntun saya, usai menonton film ini terumpak ingatan saya mengalir ke obrolan asal dan spontan saat ngopi di warung kopi beberapa puluh tahun silam.
"Laki-laki itu hanya dua. Kalau gak homo ya bajingan...." ucapan teman saya, kebetulan laki-laki
Apaaa...? Demi mendengar omongan itu seketika kopi yang sedang saya reguk muncrat.
"Percaya gue. Kami semua bajingan. Yang membedakan hanya kadar kebajingannya saja. Ada bajingan tapi berhasil menundukan kebajingannya di titik rendah banget. Ada yang fifty-fifty, ada yang ya bajingan banget...."
Ah omongan apa pula itu. Tapi saya malas mendebatnya sebab saya tau saya gak akan menang, maka saya biarkan saja dia dengan sigap saya ambil sepotong pisang goreng dan melahapnya pelan, sambil diselingi mereguk kopi, sedap. Sambil mulut saya sibuk mengunyah pisang goreng itu, dalam relung hati saya yang paling dalam, entah sebelah mana, kiri atau kanan, saya membenarkan omongan teman saya itu. Bah, alamak.
Apa hubungan laki-laki bajingan dan film The Beguiled? tentu saja ada. Bagi saya tokoh utama laki-laki dalam film itu adalah seorang bajingan, walau kadarnya mungkin kecil, walau saya gak tau apa dia pernah memperkosa, pernah merampok dst. Apalagi apa dia pernah sekadar nyolong mangga, makan pempek 5 tapi ngakunya 2, dll, hehe saya tidak tau. Pokoknya ada unsur bajingannya. Bajingan ya istilah anak sekarang mungkin cowo Red flag ya. Sebab dia manipulatif. Memanipulasi rasa kepada para perempuan-perempuan itu. Penasaran? lanjut baca ya...
The Beguiled adalah film drama setting masa lampau abad ke-18 saat Amerika dilanda Perang Saudara antara pihak Utara (Union) dan Selatan (Yankee). Banyak Prasarana Umum dan sekolah menjadi terisolir, termasuk Sekolah Khusus Putri yang kebetulan lokasinya di tepi Hutan Virginia. Film ini dibuat pada Tahun 2017, berdurasi 1 jam 34 menit. Sutradara film ini adalah Sofia Coppola, ya putri sutradara tenar Francis Ford Coppola. Film yang sama sudah pernah dibuat pada Tahun 1971 dengan sutradara Don Siegel, dan Clint Eastwod berperan sebagai prajurit yang terluka.
Cahaya temaram, ada lagu mealow, seorang gadis naik remaja Amy (diperankan Oona Lawrence) sedang berjalan sambil bernyanyi mencari jamur di tepi hutan dekat sekolah sekaligus asrama putrinya. Tak lama kemudian Amy menemukan seorang laki-laki sedang terbaring dan terluka parah, Kopral John MCBurney (diperankan Colin Farrell). Sang kopral adalah tentara Union yang lari dari pasukannya. Amy si gadis remaja tanggung yang polos, lugu dan baik hati itu tergerak menolong. Dia lalu memapah sang Kopral ke sekolahnya selanjutnya tentu saja menyerahkan dan minta pendapat kepada kepala sekolahnya. Dari sinilah semuanya bermula.
Sang kepala sekolah tergerak menolong menyelamatkan sang kopral. Dengan gagah berani Miss Martha Farnsworth (diperankan sangat apik oleh Nicole Kidman) melakukan operasi mengeluarkan banyak peluru di tubuh sang kopral,menjahit lukanya, termasuk memandikan dan merawat kesembuhan paska operasi seorang diri. Tidak itu saja, Miss Martha juga membantu menyembunyikan keberadaan sang kopral di asrama itu dari pencarian yang dilakukan pasukan selatan. Bukan main.