Slebew. Pagi yang merona, sambil mereguk secangkir kopi pahit, dan sepiring kecil bakwan homemade, gluten free, garing, setelah berkutat di dapur 15 menit. Entah mengapa saya merasa slebew. Slebew tak terperi.
Saya, he, rasanya masuk golongan straight to the point, yang gak gitu paham apa gunanya gimmick dan untuk apa? Mau makan, saya tinggal buka tudung saji, ambil piring, makan. Jika ada yang tanya ke saya, Buku X letaknya dimana, saya tinggal jawab, di rak nomor tiga sudut paling kiri.
"Ah, kamu kuno" suara di kepala saya, hiks
'"Belajar dong, banyak gunanya gimmick itu"
"Gimmick itu koentji, bagi yang paham", suara itu lagi, seperti mengejek saya
Gimik atau gimmick adalah trik atau alat yang sengaja digunakan untuk menarik perhatian atau membujuk orang untuk membeli sesuatu, menerima, sesuatu, atau terbeli keyakinannya akan sesuatu
Begitulah sodara-sodara. Entah kenapa akhirnya saya tulis juga drama seputar Gimmick yang saya saksikan pada Debat Cawapres kedua kemarin.
Untuk pemilih seperti saya, yang entah kenapa kali ini malah masih berada di awang-awang, antara mau ikut milih atau traveling saja. Kemudian, setelah saya tundukkan keinginan mbeling mau Golput itu, saya juga masih gamang mau memilih siapa diantara para 3 pasang kandidat itu. Maka, nonton debat adalah salah satu jalan memasang radar, mengintip, menilai, kemudian menetapkan pilihan, katanya.
Berhasilkah saya ? entahlah. Rasanya saya akan traveling saja pada Hari yang Romantis itu nanti. Sekali lagi, entahlah.
Semakin hari, saya makin gak berselera dan kehilangan respect pada Hari Valentine yang padanya nanti padanya akan digelar pesta demokrasi itu. Semakin hari rasaya hari itu makin menjengkelkan. Padahal Hari Valentine itu tak salah apa-apa, kenapa saya jadi benci dia, he.
Slebew, kenapakah ?