Sebagai bagian dari wong cilik kadang menyikapi permasalahan kemiskinan ini membuat kening saya berkerut. Tidak kurang-kurangnya banyaknya program pengentasan kemiskinan yang telah dilaksanakan. Tidak kurang-kurang besarnya anggaran yang telah digulirkan dengan label Program Penanggulangan Kemiskinan. Hasilnya, belum sesuai dengan haparan.
Kenapa demikian...? Banyak sebabnya. Tetapi, ini mengindikasikan bahwa ada ketidak tepatan pada program penganggulangan kemiskinan yang dilakukan.
Awal sekali yang harus dilakukan adalah, kita harus tepat melihat apakah kemiskinan yang terjadi di suatu wilayah itu sebab atau akibat. Ini yang saya maksud dengan bagaimana menganalisa kemiskinan, apakah kemiskinan itu hulu atau hilir.
Jika kemiskinan itu adalah hulu atau dengan bahasa lain dia adalah sebab, maka tentu akan beda cara penanganannya dibandingkan jika kemiskinan adalah hilir (sebuah akibat).
Apabila kemiskinan di sebuah wilayah adalah hulu, dengan bahasa lain sebuah sebab, maka penanganannya mungkin cukup dengan pemberian bantuan keuangan, peningkatan produktivitas yang dilakukan dengan penyuluhan, kursus tani, pendampingan petani dan lain sebagainya. Tetapi jika kemiskinan adalah sebuah akibat atau hilir, maka banyak hal yang harus dibenahi.
Mungkin harus dilihat lagi, apakah ada kebijakan yang telah dibuat pemerintah yang mengakibatkan banyak rakyat menjadi miskin, apakah ada program pemerintah yang tidak berpihak pada masayarakat yang mengakibatkan bertambahnya jumlah orang miskin. Ini harus dilihat dan dikaji secara jeli.
Jadi sebagai salah satu bagian dari perencana, pengambil kebijakan, tim percepatan pembangunan suatu daerah, bahkan Kepala Daerah, hal pertama yang harus dilakukan adalah jangan panik melihat angka/data kemiskinan.
Entah angka itu menunjukkan penurunan yang tidak siginifikan dibanding tahun sebelumnya. Entah angka tersebut masih di atas nasional, hal yang lebih penting untuk dilakukan adalah cermati ada apa di balik angka tersebut. Bagaimana kita membaca dan mencermati data kemiskinan.
Angka Kemiskinan hanya menggambarkan kondisi kemiskinan pada saat tertentu di suatu wilayah yang diukur berdasarkan kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan dasar.
Jika angkanya masih tinggi, belum sesuai harapan (target tertentu) padahal sudah banyak program/kegiatan penanganan kemiskinan dilakukan artinya ada yang tidak optimal dan tidak tepat pada pelaksanaan pembangunan dan menyisakan sekian persen penduduk di bawah garis kemiskinan. Dimana, kondisi tersebut bisa jadi karena ketidaktepatan pengambil kebijakan era sebelumnya dan lain sebagainya.
Ketika kepala Daerah melalui tim perencanaan pembangunan daerah menargetkan angka kemiskinan di daerah tersebut harus turun menjadi sekian persen, itu sah-sah saja. Asal dilakukan dengan kesungguhan hati, dilihat betul bagaimana karakteristik kemiskinan di wilayahnya. Apakah dia hulu atau hilir.