Seketika Wilayah sebagian Sumatera Selatan akhir-akhir ini terusik gegara aksi Harimau. Ya Harimau Sumatera (Panthera Tigris sumatrae) yang adalah harimau asli Pulau Sumatera dan merupakan 1 (satu) dari 6 (enam) subspesies harimau yang masih bertahan hidup sampai saat ini.
Harimau Sumatera mendiami wilayah Sumatera, termasuk yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Para Harimau, yang habitatnya terganggu hingga membuat ulah dan menewaskan beberapa manusia di Kota Pagar Alam, Kabupaten Lahat juga Kabupaten Muara Enim.
Harimau sesungguhnya adalah Hewan yang sangat dihormati oleh penduduk lokal yang percaya pada legenda masayarakat, salah satunya Puyang Si Pahit Lidah.
Harimau terkadang dianggap jelmaan Nenek Moyang (puyang) sakti. Oleh karenanya biasanya masyarakat lokal sangat menghargai Harimau bahkan menyebutnya Nining, nenek atau puyang.
Diskusi terkait Harimau Sumatera yang mengamuk di kawasan Pagar Alam, Lahat dan Muara Enim tentu saja mengemuka. Baik di pemberitaan, kanal sosial media (IG) dan web berita online bahkan Grup WhatsApp. Sudah banyak korban di Pagar Alam, Lahat juga di Muara Enim.
Kebanyakan korban adalah pendatang, ada juga sebagian yang disebut petani. Tentu saja aksi mengamuknya Harimau ini membuat gusar para pimpinan daerah (Bupati, Wali kota) di wilayah di mana terjadi aksi Harimau mengamuk tersebut.
Wali kota Pagar Alam menghimbau warga dan kepala perangkat daerah terkait untuk waspada sambil tetap menjaga sikap postif dan menangkal hoax agar Wisata Alam di Pagar Alam tidak terganggu. Saking simpang siurnya informasi dan banyaknya berita hoax maka Pariwisata Pagar Alam, apalagi jelang Tahun Baru yang biasanya sangat ramai, justru menurun drastis akibat santernya berita Harimau Mengamuk.
Lain halnya dengan Plt.Bupati Muara Enim. Barangkali karena geramnya dengan aksi Harimau mengamuk yang telah menewaskan warganya. Saat ini saja sudah 4 warga kabupaten Muara Enim yang tewas oleh Harimau.
Plt. Bupati Muara Enim mengeluarkan statement agar Harimau Sumatera yang mengamuk di wilayahnya segera ditangkap, hidup atau mati. Lebih baik melindungi masyarakat daripada melindungi hewan buas.
Statement bupati tersebut oleh sebagian orang dimaknai seolah keselamatan Harimau tersebut tidak penting hingga sebagian orang berkata, "Pak Bupati, selamatkan juga Harimau Itu"
Pernyataan Plt Bupati Muara Enim segera disikapi oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan, BKSDA setuju bahwa Harimau yang mengamuk itu ditangkap, tetapi ditangkap hidup.