Sekarang berbeda dengan dahulu, itu sudah pasti. Dulu kalau datang ke Pagar Alam, Kota Adminitratif di Punggung Bukit Barisan wilayah Provinsi Sumatera Selatan, saya mudah sekali mencari jagung rebus atau jagung bakar. Tinggal ke pasar atau wilayah menuju kawasan Gunung Gare. Sekarang kondisinya sudah berbeda.
Beberapa minggu yang lalu saya bersama tim kantor ke Pagar Alam terkait sebuah acara sosialisasi yang menghadirkan Bappeda 17 Kabupaten/Kota se-Sumatera Selatan di Pagar Alam. Pagar Alam yang sejuk, dengan kebuh teh dan aneka sayurannya.
Nah sebab saya saat itu sedang menjalankan Diet Kenyang ala Dewi Hughes, saya menghindari makanan olahan. Saya hanya makan sayur-sayuran, buah-buahan segar, makanan segar lain yang diolah secara sederhana seperti ikan atau ayam direbus, ikan bakar yang semuanya tanpa garam, tanpa gula dan tanpa minyak (tanpa saos tiram, saos-saos lain, tanpa kecap juga tanpa MSG).
Oleh karenanya saya berkepentingan dengan jagung rebus, ubi rebus demi asupan karbohidrat saya.
Saat di perjalanan, saya tidak menemukan kendala berarti. Makanan keinginan saya bisa direquest asal dikomunikasikan secara baik dengan pihak restoran/warung. Pesan capcay sayuran tawar/polos, mereka buatkan. Pesan teh tawar ada juga. Pesan ikan bakar khusus, bisa juga. Kendala saat di Kawasan Gunung Gare, tempat acara . Susahnya mencari jagung rebus dan ubi rebus.
Bahkan di kawasan Jagungan antara Lahat-Pagar Alam, saya tidak menemukan Jagung rebus yang dulu selalu dijual secara menarik di pondok-pondok dengan dandang berisikan jagung yang mengepul. Turun ke kawasan pasar terminal, ah tak ada pula jagung rebus. Minta carikan dengan Kompasianer Palembang yang memang bermukin di Pagaralam, pak Edi Susanto, nihil.
"Katek umek jagung rebus di Pagar Alam mak ini ari..." (Gak ada umek jagung rebus di Pagar Alam sekarang).
Aneh juga, padahal ini sudah memasuki bulan Desember dimana para petani justru banyak menanam Jagung untuk dijual saat Tahun Baru. Kota Pagar Alam adalah sentra sayur-sayuran dan hortikultura di Sumatera Selatan.
Rupanya trend sudah berubah. Sekarang makanan yang laku dijual dan digemari di Pagar Alam adalah bakso, siomay, cireng, sosis bakar. Nah kalau makanan-makanan tersebut, mau dicari di pelosok Gunung juga ada. Sayang saya sedang menghindari makanan tersebut. Itu saya, tidak demikian dengan warga dan para wisatawan di Pagar Alam. Bakso, sosis bakar dan Siomay adalah makanan kekikinian yang asyik disantap di kawasan dingin seperti Pagar Alam. Tidak aneh, makanan kekinian dan populer seperti bakso, sosis bakar, cireng, seblak memang mengalahkan makanan sederhana
Jeme Pagaralam la nyagu nik jagung rebus ( Orang Pagar Alam sudah bosan makan jagung rebus). Jagung rebus tidak dianggap makanan istimewa. Jadi kalaupun ada tidak akan laris dijual. Yang beli ya...paling juga pendatang, dan volumenya sedikit, mungkin.
Alasan lain, rupanya di kawasan Jagungan Karang Dalam, antara Lahat-Pagar Alam, pondok-pondok Jagungan pernah diterpa isu pemanis buatan. Katanya jagung rebus disana diberi pemanis buatan. Isu yang membuat jagung rebus di kawasan tersebut tidak laku lalu akhirnya sepi. Ini informasi dari mba Soufie Retorika, Kompasianer Palembang yang bermukim di Lahat.