Lihat ke Halaman Asli

Elly Suryani

TERVERIFIKASI

Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Indikator Kemiskinan yang Harus Dipahami Oleh Orang Awam

Diperbarui: 14 Juni 2016   14:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: KOMPAS/Iwan Setyawan

Pertama, cuma ingin berkata bahwa kemiskinan itu kompleks. Banyak definisi dan banyak indikator yang harus dipahami oleh kita orang awam. Setidaknya, supaya kita paham apa sesungguhnya kemiskinan yang banyak kita bicarakan ini.

Dalam Ensiklopedia Internasional disebutkan: Poverty is scarcity, death, or state of one who lacks a certain amount of material possessions or money. Kemiskinan adalah tidak memiliki apa-apa, atau pernyataan tentang orang yang tidak memiliki harta benda atau uang. Sedangkan dilihat dari keadaan dan penyebabnya, kemiskinan dibedakan dalam beberapa jenis.

Jenis-Jenis Kemiskinan

Berikut adalah jenis-jenis kemiskinan dilihat dari keadaan dan penyebabnya :

  1. Kemiskinan absolut. Seseorang dapat dikatakan miskin jika tidak mampu memenuhi kebutuhan minimum hidupnya untuk memelihara fisiknya agar dapat bekerja penuh dan efisien,
  2. Kemiskinan relatif. Kemiskinan relatif muncul jika kondisi seseorang atau sekelompok orang dibandingkan dengan kondisi orang lain dalam suatu daerah,
  3. Kemiskinan Struktural. Kemiskinan struktural lebih menuju kepada orang atau sekelompok orang yang tetap miskin atau menjadi miskin karena struktur masyarakatnya yang timpang, yang tidak menguntungkan bagi golongan yang lemah. Ketidaktepatan kebijakan pemerintah juga bisa menyebabkan kemiskinan struktural,
  4. Kemiskinan Situsional atau kemiskinan natural. Kemiskinan situsional terjadi di daerah-daerah yang kurang menguntungkan dan oleh karenanya menjadi miskin.
  5. Kemiskinan kultural. Kemiskinan penduduk terjadi karena kultur atau budaya masyarakatnya yang sudah turun temurun yang membuat mereka menjadi miskin (Mardimin, 1996:24).

Menyambung hal di atas, kemiskinan di Indonesia yang banyak kita bicarakan ini didasarkan Undang Undang RI nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin. Pasal 1 (1) UU tersebut menyebutkan bahwa fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.

Badan Pusat Statistik sebagai Institusi yang dipercaya mengeluarkan data terkait indikator kemiskinan mengeluarkan definisi bahwa Kemiskinan diukur menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Selanjutnya kita mengenal istilah Penduduk Miskin, Tingkat Kemiskinan (Persentase Kemiskinan), Garis Kemiskinan dan lain sebagainya.

Beberapa Indikator Kemiskinan

  1. Penduduk Miskin. Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Jumlah Penduduk miskin suatu wilayah, diartikan banyaknya penduduk miskin yang terdapat di wilayah tersebut.
  2. Garis Kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pook minuman dan makanan yang setara dengan 2100 kalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan. Garis kemiskinan (GK) = Garis Kemiskinan Makanan (GKM) + Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM).
  3. Persentase Kemiskinan (Tingkat Kemiskinan). Secara sederhana Persentase Kemiskinan yang juga disebut Tingkat Kemiskinan menggambarkan proporsi penduduk miskin di suatu wilayah. Perhitungan dilakukan dengan rumus tertentu yang menggambarkan prosentase jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan di suatu wilayah dibandingkan jumlah penduduk di wilayah terrsebut.
  4. Biasanya BPS mengadakan pengukuran Jumlah dan persentase penduduk miskin dengan survey Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) dan mengeluarkan data pada maret dan sepetember tahun yang bersangkutan (Sumber: BPS, Eknsiklopedia BPS).
  5. Merujuk definis tersebut, adalah sangat berbeda antara jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin sangat berkorelasi dengan jumlah penduduk. Sebagai misal Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan DKI karena merupakan Provinsi terpadat dengan jumlah penduduk paling banyak otomatis jumlah penduduk miskinnya juga banyak dan jauh lebih banyak apabila dibandingkan dengan Papua, NTB misalnya. Sehingga jumlah penduduk miskinnya jika dirangking maka langsung ketiga Provinsi itu menempati urutan teratas. Tetapi, jika jumlah penduduk miskin tersebut dipersentase dengan perhitungan BPS tadi hasilnya berbeda, Provinsi yang paling tinggi persentase kemiskinan adalah bisa jadi provinsi lain.

Berikut grafik data BPS terhadap Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi di Indonesia pada Tahun 2015.

Sumber:Dok.ellysuryani (Data BPS)

Sedangkan persentase kemiskinan dapat dilihat pada grafik di bawah ini

Sumber: Dok.ellysuryani

Jika diranking, maka beginilah posisi relatif Persentase Kemiskinan (Tingkat Kemiskinan) tersebut

Sumber: Dok.ellysuryani

Itulah beberapa indikator kemiskinan yang harus kita pahami sebagai orang awam terkait kemiskinan. Setidaknya untuk membantu kita memahami apa sebetulnya data kemiskinan yang sedang dibahas, apa sesungguhnya yang sedang dibicarakan. Paling tidak, supaya kita tidak terkaget-kaget, tidak paham tapi memberi komentar ini itu, menyalahkan atau membully pihak tertentu misalnya. Semoga tidak.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline