Lihat ke Halaman Asli

Elly Suryani

TERVERIFIKASI

Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Manusia Adalah Tuhan Dari Jiwanya Sendiri

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Beberapa hari yang lalu saya menemukan sebuah link di upload oleh seorang teman. Judulnya, sangat bombastis, "Sekolah Telah Memaksa Saya Untuk Beragama", hehe. Antara rasa miris dan geli, saya pun berkata dalam hati "Beginilah kita manusia, sering mencari kambing hitam...".

Betulkah ada yang telah memaksa kita untuk beragama ? Saya kira tidak. Entah jika yang dimaksud adalah Kolom Agama yang tertera di KTP. Pada faktanya, tak ada yang bisa memaksa kita untuk menerima atau menolak sesuatu yang bersemayam di jiwa kita. Sebab tak ada yang bisa memaksa jiwa kita selain diri kita sendiri. Kita tak bisa dipaksa untuk yakin pada A bila jiwa kita berkata tidak. Kita tak bisa berkata B bila jiwa kita berkata A.

Agama adalah soal bagaimana manusia menjalankan Aturan yang ia yakini benar.  Tak ada yang bisa memaksa kita bila menyangkut keyakinan. Manusia bebas menjalankan apa yang ia yakini. Manusia bebas beragama atau tak beragama. Jangankan sekolah, bahkan orang tua yang melahirkan kitapun tak bisa memaksa kita untuk memeluk agama yang telah mereka kenalkan kepada kita. Orang tua hanya menggiring anak-anaknya. Sekolah, hanya memberi bahan pelajaran.

Jadi, mengatakan bahwa Sekolah telah memaksa seseorang untuk beragama, he, rasanya terlalu mengada-ada. Manusia adalah Tuan dari pikirannya sendiri. Manusia juga Tuan dari Jiwanya sendiri. Selain Tuhan Semesta itu sendiri, Manusia adalah Tuhan dari Jiwanya. Hanya pikiran janggal saya. Salam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline