Ketika perempuan berkarya... seluruh tubuhnya ikut menari....mengais luka. menusukkan belati yang kadang berkarat dan menyakitkan... Begitulah status yang ditulis Oka Rusmini di Status FBnya. Hm, kata-kata itu tiba-tiba saja menarik perhatian saya. Ya, sangat menarik buat saya. Kenapa..? Entahlah. Saya jadi teringat kisah-kisah yang dituliskan para penulis perempuan. Termasuk kisah yang pernah saya buat, meski saya hanya penulis kacangan, bukan penulis profesional. Ya, perempuan biasanya melakukan sesuatu dengan segenap jiwa dan perasaannya. Sesuatu yang saya sebut sebagai "Pengabdian sepenuh jiwa kepada hidup". Sesuatu yang, he, disebut oleh teman-teman saya yang berjenis kelamin "laki-laki" sebagai "Woman taste". Ketika seseorang menulis, hakekatnya ia sedang menarikan pikirannya. Bila kisah yang dituturkan perempuan adalah sebuah tarian jiwa , maka secara tidak sadar tarian penulis perempuan begitu penuh penghayatan. Penuh warna dan gejolak. Kadang ia menari gemulai. Kadang tariannya berirama lincah. Kadang sendu dan mencekam seperti tikaman belati yang berkarat. Apapun namanya, rasanya, justru "woman taste/penghayatan tarian jiwa" seperti itulah yang memberi kekuatan pada tulisan perempuan. Tentu saja cuma pendapat pribadi. Perempuan, ayo terus menari. Jangan ragu untuk menarikan aneka kisah dengan caramu. Selamat menyambut Hari Kartini. Salam. Gambar diambil dari sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H