Lihat ke Halaman Asli

Elly Suryani

TERVERIFIKASI

Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Jangan Kirimi Aku Bunga

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1297652920344246596

[caption id="attachment_89110" align="aligncenter" width="640" caption="Sumber Gambar : reellifewisdom.com"][/caption] Jangan kirimi aku bunga, sebab bungamu penuh dusta. Jangan krimi aku bunga, sebab bungamu bermandikan angkara. Jangan kirimi aku bunga, sebab bungamu penuh onak, juga darah dan air mata. Kau tak memiliki bunga yang sebenarnya bunga. Bungamu adalah kepalsuan dan dusta. Ya,  jangan kirimi aku bunga sebelum kau paham bunga yang sebenarnya bunga. Kebajikan yang keluar dari jiwa yang membunga. Jiwamu....., membunga bila kau paham makna mengasihi sesama. Kasih yang menyanganyi dan menaungi semesta dengan senyum indah. Maka jangan kirimi aku bunga sebab bungamu bukanlah bunga. Sebab kau tak punya bunga yang sesungguhnya bunga. Dan aku inginkan bunga yang sebenarnya bunga. Bunga berupa jiwa yang tersenyum setiap harinya. Jiwa yang penuh kasih tidak sekedar kasih sayang yang dirayakan sebagai valentine's day. Selamat mencari bunga yang sebenarnya bunga. Bila telah kau temui, kirimi aku ya. Begituah bisikkan setiupan bunga ilalang yang terbang terbawa angin.  Kisah Cikeusik dan Temanggung yang terbawa angin padanya begitu menyesakkan dada dan membuat jengah. Betapa janggal udara di tempat ini, bisiknya lagi.  Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline