Lihat ke Halaman Asli

Elly Suryani

TERVERIFIKASI

Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Tangisan Langit

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Langit menangis untukmu, sungguh, ketika kau berjelaga. Jelaga yang muramkan rupamu hingga tatapanmu memburam. Keburaman yang bawa dirimu pada bilik kemuramanmu. Kemuraman sebab jenuhmu terbentuk ketika tawa canda tak lagi mampu petik dawai rasamu. Rasamu kelu. Kelumu bukan pilu katamu tapi sendu. Sendu yang menarik gelegar bilik jiwamu buncahkan tangisan ke langit. Dan langitpun menangis. Tangisan yang derunya padamkan jelagamu. Entah berapa banyak manusia serupamu yang berjelaga hingga membuat langit menangis sambil berkata, bosan aku pada jelagamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline