Alia, gadis kecil 6 tahun itu berlari terburu-buru, mencari semak belukar atau tembok atau apa saja yang sekiranya bisa ia gunakan untuk besembunyi. Alia tak ingin jaga. Ia hanya ingin bersembunyi. Bersama Nanda, Dita, Dika dan Sandy, Alia kecil bermain petak umpet di halaman rumah Nanda yang tak jauh dari rumah Alia. Sekarang giliran Dika yang jaga. Semuanya sudah bersembunyi di suatu tempat. Begitu juga dengan Alia. Kepalanya naik turun mengintip dari balik tong sampah rumah Nanda. Mengintai, berharap ia menjadi yang terakhir di temukan. Tapi matahari sudah amat tinggi. Bahkan adzan dhuhur sudah berkumandang satu jam yang lalu. Ini saatnya Alia untuk pergi ke sekolah madrasahnya di Masjid desa.
"Dikaaa..." Alia mengacungkan tangannya. "Alia udahan ya... mau madrasah dulu. Nanti sore Alia main lagi"
"Eh, tapi kan..." Belum selesai Dika berbicara, Alia sudah berlari sekencang-kencangnya meninggalkan mereka. Tidak biasanya, Alia bermain bersama ketiga orang itu. Biasanya ketiga anak itu selalu mengejek Alia, tapi hari ini dengan baik hati mereka mengajak Alia main.
***
Jam lima sore, Alia kembali ke rumah. Tak ada siapapun di rumah itu, kecuali sang nenek Alia yang sudah mulai renta. Alia terus berlari masuk ke kamarnya, menaruh tas sembarangan dan langsung berganti baju. Baju yang sama seperti yang ia pakai saat bermain sebelum madrasah tadi. Baju coklat tua hadiah dari bibi. Alia berlari keluar terburu-buru. Ada janji yang harus ia tunaikan dengan teman-temannya, main.
"Mau kemana kamu? Rumah lagi sepi begini, kenapa malah main?" Nenek Alia marah.
Alia tidak menghiraukan neneknya, gadis enam tahun itu terus berlari meninggalkan rumahnya. Paling juga Bunda sama Ayah lagi di warung. Ini kan Sabtu, biasanya warung rame. Pasti sibuk. Itu yang Alia pikirkan.
Tepat ketika adzan maghrib berkumandang, Alia pulang. Semangat sekali ia. Langsung buru-buru mandi dan mengambil perlengakapan sholatnya. Alia janjian mau pergi ke musholah bareng teman-temannya. Kok rumah masih sepi ya? Kemana ayah dan bunda? Alia sempat heran dengan rumahnya yang masih sepi. Padahal biasanya, sekalipun Sabtu sore, saat maghrib menjelang, Ayah atau Bunda biasanya ada di rumah. Menunaikan sholat maghrib bergantian, baru kemudian kembali ke warung, mencari nafkah lagi. Alia berlari terburu-buru karena takut tertinggal kawan-kawannya.
"Nandaaa..." Teriaknya saat ia sampai di depan pintu rumah Nanda.
"Bentar ya Alia, Nandanya lagi ganti baju. Duduk dulu, nak." Ibu Nanda dengan ramahnya menyuruh ia duduk di teras. Alia yang lugu hanya manut-manut saja. "Bapak kamu udah pulang, nak?" Tanya ibu Nanda kemudian.
Alia bingung, tak paham dengan pertanyaan Ibu Nanda, bukannya ayahnya ada di warung? "Memangnya ayah pergi kemana, Bu?" Mata Alia menyiratkan seribu pertanyaan.