Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama atau malnutrisi kronik. Stunting mengakibatkan seseorang anak bukan hanya sekedar tubuh pendek, juga memiliki gangguan kecerdasan
Malnutrisi kronik atau kekurangan gizi dalam waktu lama, terjadi sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun atau lebih sering disebut 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral dan buruknya keberagaman pangan dan sumber protein hewani menjadi penyebab stunting.
Saat ini, stunting tidak lagi identik dengan orang miskin, anak dari keluarga berada pun bisa mengalami stunting. Menurut Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Ir. Doddy Izwardy, antara miskin dan tidak miskin bedanya hanya 10%.
Tentang Stunting di Indonesia
Menurut Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Ir. Doddy Izwardy, menyebutkan, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebutkan, angka anak Indonesia yang mengalami stunting masih cukup tinggi.
Angka stunting di Indonesia sejak tahun 2014 hingga 2017 yaitu rata-rata 28% hingga 29,6%. Angka tersebut berada di atas batasan yang di tetapkan WHO yaitu 20%.
Malnutrisi yang merupakan penyebab stunting di Indonesia, berdasarkan Riskesdas tahun 2007, 2011 dan 2013 juga mengalami peningkatan, yaitu:
Penyebab Stunting
Masyarakat perlu memahami faktor apa saja yang menyebabkan stunting. Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama atau malnutrisi kronik. Sehingga anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berfikir.
Secara garis besar, ada 3 (tiga) faktor yang menyebabkan stunting pada anak yaitu :