Bullying masih menjadi momok bagi generasi penerus bangsa Indonesia. Data hasil riset Programme for International Students Assessment (PISA) 2018 menunjukkan bahwa murid yang mengaku pernah mengalami bullying di Indonesia sebanyak 41,1%.
Selain itu, Indonesia berada di posisi kelima tertinggi dari 78 negara sebagai negara yang paling banyak terjadi bullying. Lantas, apa yang dimaksud dengan bullying ? apa faktor penyebab terjadinya bullying ? apa pula dampak negatif yang ditimbulkan oleh bullying tersebut ? Lalu, apa tindakan preventif untuk mencegah bullying ?
Bullying merupakan sikap yang melecehkan martabat dan menurunkan harga diri seseorang, baik secara verbal maupun non verbal untuk memperoleh hedonisme semata.
Penyebab terjadinya bullying dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut.
1. Adanya kesenjangan kekuatan antara pelaku dengan korban.
Kesenjangan kekuatan ini dapat dilihat dari kekuatan fisik, ukuran badan, dan sebagainya. Banyak sekali orang yang memiliki kelebihan fisik sehingga membully orang yang memiliki kelemahan fisik, misalnya orang yang mempunyai badan yang besar menindas orang yang mempunyai tubuh yang kecil dan kurus. Hal ini sangat tidak patut untuk ditiru, bisa-bisa orang tersebut merasa takut, gelisah atau depresi sehingga mengakibatkan sesuatu hal yang tidak diinginkan.
2. Adanya perilaku yang tidak wajar atau abnormal.
Perilaku abnormal seperti mengejek, menganggu, mengucilkan, menyebarkan rumor, mengancam, menghasut, memalak, menindas, menyerang fisik seperti memukul atau menampar. Banyak sekali orang tidak sadar bahwa hal ini sudah termasuk pembulian. Hal ini dapat menyebabkan interaksi sosial yang tidak sehat dan akan menimbulkan dampak yang sangat serius.
3. Persepsi dirinya memiliki kekuasaan dan merasa paling hebat.
Hal ini disebabkan oleh kondisi keluarga yang tidak kondusif, seperti orang tua menghukum anaknya secara berlebihan, tidak harmonis, tidak rukun, pertengkaran, dan broken home. Anak-anak mempelajari, mencontohi, mengitimasi perilaku orang tua dalam lingkungan, baik perilaku baik maupun buruk. Seolah-oleh orang tua menjadi cerminan dan teladan anak-anak dalam berbuat.
Dari sini, anak-anak mengembangkan sikap bullying. Mereka merasa kekuatan diperlukan untuk menyelesaikan masalah dan karakter agresif tersebut sehingga dapat meninggikan kekuasaan dan status seseorang.