Lihat ke Halaman Asli

Ellina Supendy

Ibu rumah tangga yang suka membaca, menulis dan jalan-jalan.

Ngetopnya Smashing Chicken Asli Indonesia

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1311882040433285681

Saya dan keluarga kebetulan punya hobi makan dan wisata kuliner. Selama menetap di negeri jiran, sudah beberapa tempat kamikunjungi untuk sekedar icip-icip atau menghilangkan rasa lapar setelah berkegiatan bersama keluarga. Jika di Indonesia tentunya sangat mudah sekali menemukan rumah makan atau warung makan yang sesuai dengan selera kita. Sebab terus terang hingga saat ini lidah saya belum bisa klop dengan masakan setempat yang selalu ada rasa bumbu kari-nya.

Selama menetap disini, jumlah rumah makan yang kami tongkrongi tidaklah sebanyak jumlah yang teman-teman saya datangi. Mereka cenderung lebih gahar dalam urusan wisata kuliner, dalam artian dimana ada restoran Indonesia yang masakannya maknyus, dijamin mereka akan sambangi dan mencoba dalam berbagai kondisi. Baik itu jarak, harga, dan informasi yang masih gelap alias gosip. Tentang hal ini pernah saya tulis disini http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2011/05/16/fanatiknya-lidah-orang-indonesia/.

Salah satu resto yang memang sudah lama dikenal di Kuala Lumpur dan sering disambangi warga Indonesia adalah Wong Solo dengan menu favoritnya ayam bakar dan ayam penyet. Nah, menu terakhir itulah yang semakin banyak ditemui saat ini baik di resto khas Indonesia hingga resto setempat dan kedai mamak (warung makan khas India muslim).

Empat tahun lalu, untuk menyicipi seporsi ayam penyet, kami harus rela pergi ke salah satu resto Indonesia yang letaknya di pinggiran Kuala Lumpur. Tapi sekarang dengan mudahnya masakan khas Jawa Timur itu ditemui di gerai-gerai food court atau restoran lokal. Biar lebih keren, mereka menyebutnya smashing chicken alias ayam penyet.

Perkara krusial dalam dunia kuliner per-ayam penyet-an adalah sambalnya. Inilah yang membedakan maknyus atau tidaknya makanan yang selalu terhidang di sebuah cobek plus lalapan itu. Beberapa tempat makan yang menyediakan menu tersebut kadang menghidangkan sambal yang cita rasanya berbeda alias tergantung siapa yang membuatnya. Saya seringkali iseng melongok dapur tempat makan yang kami singgahi hanya untuk melihat si tukang masaknya. Jadi saya bisa mengukur enak atau tidaknya masakan tersebut berdasarkan si pembuatnya, tentunya lidah saya juga berperan dalam hal itu. Jika yang membuatnya orang Jawa asli yang pandai memasak, maka dijamin maknyus. Tapi itu hanya sekedar pendapat pribadi saja, loh.

Beberapa kasus pernah saya temui, sebuah resto yang menyediakan ayam penyet yang dikenal maknyus, di lain waktu rasanya berbeda dan agak hambar karena tukang masaknya ternyata diganti. Rupanya kekurang-pahaman akan penggunaan bumbu asli ayam penyet menjadi penyebab utamanya. Bahkan saya pernah menemui penggunaan bahan yang tidak semestinya di dalam sayur asam, yaitu penggunaan kangkung dan kari di dalamnya. Setelah ditengok ke dapur ternyata tukang masaknya memang bukan orang Indonesia asli.

Tapi dilain pihak, saya cukup bangga dan senang jika kuliner asli Indonesia dikenal di luar negara dan mudah di dapatkan untuk memenuhi selera asal kita, tentunya selama tidak diklaim asal-usulnya saja. Wallahu’alam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline