Tiga hari lalu secara berturut-turut saya menjelajahi kota kesukaan saya: Suroboyo. Dari Ujung Timur hingga ke ujung Barat. Di tengah terik matahari di dalam angkutan umum (bemo atau lyn, sebutan lainnya) seorang supir paruh baya berucap bagaimana kota Pahlawan yang panas itu sebenarnya dapat dijelajahi dengan menggunakan transportasi umum bemo. Saya sepakat! Hampir enam tahun merantau di kota ini saya tidak dimodali kendaraan pribadi. Uang bulanan pun tak menjulang sehingga otak harus jeli memikirkan tentang alokasi dana. Tetap gaul namun hemat, begitu mungkin prinsipnya. Bemo dan nebeng teman adalah pilihan tepat. Bagi saya bemo walaupun kadang butut, namun cenderung aman. Selain itu, di Bemo saya dapat memperhatikan kehidupan berbagai macam orang. Lewat obrolan singkat khas orang Indonesia yang dimulai dengan "turun mana?" Oke, kembali ke bapak supir bemo tersebut, dia menyatakan heran kenapa di halte-halte Surabaya tidak dilengkapi peta trayek bemo. Mungkin akan sangat memudahkan jika tersedia peta trayek semacam Busway Jakarta. Atas hal simple itu, saya ingin menulis ini. Sekali-kali blog bukan saja berisi curhatan, tapi informasi yang semoga juga berguna. Entah siapa akan memanfaatkan tulisan saya ini, mungkin mahasiswa baru yang sedang mencari info.
Catatan pertama untuk maksimal memanfaatkan Bemo di Surabaya adalah:
- Jangan malu bertanya. Entah di supir ataupun orang sekitar. Untuk memudahkan, saya sarankan mengunjungi link rute bemo ini. Cari tahu lebih dulu rute secara umum dan pastikan apakah angkot itu melewati tempat kita berada, serta untuk memperhitungkan strategi oper bemo atau oper taxi.
- Tarif Bemo Surabaya saat saya menulis ini (Maret 2015) jauh-dekat 5000 rupiah.
- Untuk jam, kebanyakan antara jam 6 pagi hingga 6 malam.
Ini adalah beberapa 'strategi' memanfaatkan rute Bemo untuk menuju ke beberapa tempat populer Surabaya. Ohya, saya ambil rute ini dari dan menuju ke kampus Airlangga. Kenapa demikian? Bukan semata sentimen alumni lho ya, hahaha, ini murni karena pertimbangan banyaknya Bemo berbagai jurusan yang melewati Kampus ini (E, T2, W, WB, C, P, G, O).
Gramedia Expo - TP
Tunjungan Plaza adalah mall yang bisa dibilang favorit. Saya berani bertaruh tidak ada perantau muda yang tidak pernah mengunjungi mall lama dan megah ini. Angkot E (hijau muda) adalah pilihan satu-satunya.
Untuk pulang, strategi yang biasa saya lakukan adalah naik angkot V (coklat agak tua) sampai SMA Trimurti / SMAN 6 / Balai Pemuda lalu lanjut naik E lagi ke arah kampus. Belajar dari kesalahan sok tau saya dulu, saya ingatkan [!] jangan naik E dari depan TP langsung karena itu menuju ke sawahan atau balungsari, bukan ke arah Unair.
Monkasel - Delta - WTC
Angkot E (hijau muda) adalah pilihan tepat, sama seperti menuju ke TP. Untuk pulang, naiklah angkot W (biru ke ungu-unguan) dari sisi samping Delta, bukan dari depan. Angkot W ini tergolong lama, jika tidak sabar atau sedang hujan, taxi adalah pilihan pengganti satu-satunya yang tarifnya juga tidak terlalu menjulang. Dari Delta menuju kampus tarif taxi sekitar 10-15 ribu.