Lihat ke Halaman Asli

Terapi Anak Berkebutuhan Khusus

Diperbarui: 14 Oktober 2017   12:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : brisbanekids.com.au

Ketika kita dikaruniai seorang anak berkebutuhan, hati terasa gelisah memikirkan perkembangan buah hati kita. Kadang-kadang kita merasa Tuhan tidak adil. Kita diberi cobaan yang sedemikian berat, menangis meratapi masa depan anak kita.

Apa artinya tangisan, kesedihan, dan kecemasan, kalau kita tidak berbuat. Tidak ada yang bisa menjadi pesulap bagi anak-anak ini.

Biasanya orangtua sering berpindah tempat terapi. Hari ini ke tempat terapi A, bulan depan sudah pindah lagi ke tempat yang baru. Dengan alasan yang bermacam-macam, orangtua bingung menginginkan hasil terapi yang instan. Melihat anaknya yang sedang menjalani terapi menangis dan mengamuk, orangtua cenderung mengambil kesimpulan sendiri, anaknya tidak mau diterapi, akhirnya pindah ke tempat yang lain.

Semakin hari dan semakin lama, anak akhirnya tidak mendapat stimulasi yang maksimal. Anak yang asalnya sudah bisa berbicara, kata-katanya semakin sedikit. Bahkan, suaranya menghilang  dan muncul bahasa planet yang tidak dimengerti orang sekitarnya.

Stimulus, itulah yang harus kita tanamkan pada orangtua. Jangan semuanya dibebankan dan diharapkan dari tempat terapi yang hanya dikunjungi dua sampai tiga kali seminggu serta satu jam saja setiap sesinya. Apalah artinya terapi, kalau orangtua hanya bergantung kepada terapis saja.

Tempat terapi banyak dan bisa dijadikan sebagai partner bagi perkembangan anak-anak kita. Biasanya orangtua yang bergabung dengan tempat terapi, mereka jarang berkomunikasi. Anak diantar dengan pengasuh dan orangtua bebas menjalankan kegiatannya tanpa memperdulikan apa yang sedang dan akan dipelajari anak-anaknya. Orangtua menjadi super sibuk, sampai--sampai jadwal bertemu dengan anak saja tidak ada.

Kesedihan anak-anak berkebutuhan, berbeda dengan anak yang lain. Mereka tidak dapat mengungkapkan apa isi hatinya. Mereka hanya diam, menangis dalam hatinya, dan membunuh kesedihannya, sehingga akhirnya semakin asyik dengan dunianya. Mereka ingin bercerita dengan kita, tapi apa daya, kita jauh. Dia ingin memegang, memeluk, tetapi kitanya tidak ada. Akhirnya gadget yang jadi mainannya. Smartphone adalah ibunya, dan komputer adalah papanya.

Apa yang harus kita lakukan? Kita tidak bisa melihat perubahan anak berkebutuhan khusus kalau kita tidak terlibat dalam proses perubahan itu sendiri. Kita harus ada  didalamnya dan ikut memberikan perhatian dengan  rajin, sabar, serta mencari ilmu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Tuhan tidak tidur, insyaallah yang terbaik akan kita dapatkan.

Bagaimanakah caranya agar kita bisa bertanggungjawab ikut serta dalam memberikan stimulus    rangsangan, terhadap anak kita?

Ayah dan ibu haruslah kompak. Anak ini bukan hanya anak ibu saja  dan juga bukan anak ayah saja. Kita harus berbagi tugas dengan baik. Usahakan sehari anak satu jam pagi hari bersama salah satunya, ajak berjalan-jalan keliling komplek berdua, berjalan bersama, kita ajak ngobrol sambil tatap wajahnya, beri kosa kata yang baru, dan kalau sudah bisa, kita naikkan ke percakapan yang lebih bersifat logika, serta merangsang proses berpikirnya.

Setiap hari kita sisihkan waktu. Jangan kita berolahraga sendiri dan anak dibiarkan bangun siang yang akhirnya tidurnya pun akan kemalaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline