Lihat ke Halaman Asli

Antara Sarapan dan Kognitif Anak

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makanan merupakan sumber gizi melalui upaya sehari-hari diungkapkan mencukupi kebutuhan tubuh baik dari jumlah atau porsinya maupun mutu kandungan gizinya. Ketersediaan makanan di rumah merupakan langkah positif dalam mencapai makanan yang diketahui jumlah dan mutunya. Namun dengan gerak kesibukan dan aktivitasnya kadang menuntut kita untuk mengkonsumsi makanan di luar rumah baik makanan utama maupun makanan jajanan. (Khomsun, 2003)
Tahukah anda ? Anak sekolah yang sarapan di rumah memiliki gizinya lebih terjamin. Karena makanan yang tersedia di rumah, belum banyak terkena udara kotor. Kita sebagai orang tua juga bisa mengawasi seberapa banyak makanan yang dikonsumsi anak. Sehingga tidak terjadi obesitas pada anak. Namun pada abad 20 ini banyak kita jumpai anak sekolah lebih memilih jajanan yang dijual di pinggir jalan daripada meluangkan sedikit waktunya untuk melahap sarapan sebelum berangkat sekolah. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran akan pentingnya sarapan. Mereka menganggap bahawa junk food merupakan pilihan yang tepat karena tidak memerlukan waktu lama untuk mendapatkannya. Padahal di dalam junk food terdapat zat-zat kimia yang mungkin saja dapat membahayakan kesehatan konsumennya.
Makanan yang baik ialah makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna sesuai dengan kadar yang dibutuhkan. Kadar gizi yang kita peroleh, dapat mempengaruhi perkembangan kognitif kita. Orang yang memperoleh gizi kurang dari kadar kebutuhan, maka IQ nya cenderung rendah. Begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, jangan biarkan generasi nagsa mengabaikan sarapan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline