Lihat ke Halaman Asli

Kenangan

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pagi yang lan kembali membangunkan sang hari dari mimpi lelapnya. Angin-angin kecil berbisik di luar jendela, mncoa menyusup membangunkan kamar kecil itu. tetes-tetes air hujan terjatuh dalam irama lembaut, membasuh kaki sang pertiwi. Kenangan itu kembali berpusar di sekelilingnya, seolah bangkit kembali dari kematian semu. Kata-kata yang terus terngiang di benaknya, menyeretnya kembali ke satu waktu yang tertinggal di masa lalu.

Jalanan yang belum terbangun di pagi buta. Selimut kabut kelabu yang memeluk hamparan persawahan hijau. Gunung gemunung pongah yang begitu anggun memunggungi sang mentari yang mulai terbangun. Dan angin dingin yang menyeang bagai tombak yang menghujam tulang. Ah, tidak juga. Tidak sedingin itu. hangat malah. Demikian hangatnya hingga kenangan itu terus menghantui. Saat itu aku berpcu menggembala mimpi di jalanan sunyi pagi hari. Dan saat itu, dia bersamaku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline