Dan entah sejak kapan dataran menjadi begitu hijau. Rerumputan menari kegirangan dihujani cahaya mentari pagi. Kabut baru saja merayap naik dan membuka tabir hari. Bulir-bulir embun masih nampak di ujung-ujung dedaunan yang berkiauan. Padang itu terhampar begitu saja di depan mata, seperti karpet hijau yang digelar dari kaki langit. Kuntum-kuntum violet yang anguh enggan menampakkan putiknya pada dunia. Membuatku semakin ingin meraihnya. Kelopak-kelopak ungu itu menyembul menghiasi puncak ilalang-ilalang kecil yang berusaha menatap langit. Sebuah jalan kecil membelah padang menjadi dua bagian, datar di bagian atas dan miring menjurang ke bagian kanan. Rel kereta kayu tertanam kokoh pada jalan kecil itu, menuju ke sebuah rumah yang tampak seperti the Burrow dalam Harry Potter. Dan angin kecil bertiup, berlarian riang menyapa helai-helai rambutku. Udara terasa begitu manis dan hangat. Ilalang violet menari-nari mengikuti irama si angin kecil. Kelopak ungu bergoyang dalam taraian yang senada. Aku terdiam tanpa kata. Seperti lupa apa itu bicara.
lnf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H