Lihat ke Halaman Asli

Kekerasan Psikis Saat Pacaran Tak Kalah Menakutkan!

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13405886381537807231

[caption id="attachment_184330" align="aligncenter" width="361" caption="Ilustrasi: ciricara.com"][/caption]

Cinta, siapapun pernah merasakannya. Terutama saat masa pacaran. Hati selalu berbunga-bunga dan bahagia. Namun bagaimana jika yang terjadi sebaliknya? Masa pacaran yang indah itu justru senantiasa diliputi rasa galau, gelisah, khawatir, kecemburuan, kekecewaan, bahkan berderai airmata? Kemana perginya cinta yang sejatinya ada di masa pacaran.  Mengapa cinta berubah menjadi hal yang begitu menyesakkan dada? Sekalipun tak ada kekerasan fisik, namun yang terjadi adalah kekerasan psikis yang berujung pada kerapuhan fisik. Cinta yang diagungkan tak lagi membawa bahagia. Cinta yang membara justru membawa derita.

Ini kisah rekan saya, Alana. Alana menceritakan kisah kasihnya saat berpacaran dulu dengan Radit. Alana dan Radit sekantor. Mereka menjadi kekasih karena seringnya bertemu di kantor. Kalau orang Jawa bilang "Witing Tresno Jalaran Soko Kulino". Karena terbiasa bersama-sama dalam tim kerja, mereka akhirnya saling jatuh cinta.

Awal menjadi kekasih Radit, Alana begitu sumringah, bangga dan bahagia. Ibarat impian menjadi nyata. Perempuan mana yang tak bangga bisa menjadi kekasih Radit, seorang laki-laki tampan, bodynya oke, smart dan digilai banyak perempuan. Hubungan cinta itu sengaja mereka sembunyikan dari rekan kerja yang lain. Alana merasa khawatir, hubungannya dengan Radit akan menjadi ‘bulan-bulanan' alias olok-olok rekan kerja mereka. Sebab Alana tahu, di kantor rekan kerjanya suka sekali menggoda bila tahu ada rekan kerja mereka yang ‘cinlok' di kantor.

Impian Alana selanjutnya adalah menjadi istri bagi Radit. Namun Alana harus menerima kenyataan Radit yang selama ini ia banggakan, ternyata begitu sering mengecewakan. Alana baru tahu ternyata Adit memiliki tabiat suka sekali menyakiti hatinya.

Menurut Alana, di depan matanya Radit sengaja menunjukan kemesraan dengan rekan kerjanya yang lain. Tak hanya itu saja, dengan klien Alana pun, Radit bersikap yang sama. Radit suka bertelepon mesra dengan klien perempuan. Radit seolah ingin menunjukan betapa dia sosok laki-laki yang ‘friendly' dan dikagumi banyak perempuan. Setiap kali Alana menegur, Radit berdalih bahwa sikap mesranya itu sekedar bentuk service-nya kepada klien. Pernah suatu ketika Alana mendengar percakapan rekan-rekannya tentang sepak terjang Radit. Radit dikabarkan sedang menjalin hubungan dengan seorang sekretaris. Betapa inginnya Alana berteriak, bahwa dialah yang menjadi kekasih Radit, bukan sekretaris itu.

Entah gosip itu benar atau tidak. Alana hanya menelan ludah dan mengelus dada. Lagi-lagi Radit menyakiti hatinya. Saat Alana bertanya pada Radit benarkah gosip yang merebak itu, Radit langsung emosi. Ia menyangkal gosip tentang kedekatannya dengan sekretaris itu. Setiap kali mereka ribut, Radit hanya mengalah. Ia kerap menunjukan kasih sayang dan perhatiannya terhadap Alana. Apalagi Radit pandai sekali mengambil hati ibunda Alana. Ibunda Alana begitu menyukai Radit dan mengharapkan Alana bisa menjadi istri Radit. Alana pun menjadi dilema. Inilah yang membuat Alana sulit sekali membenci Radit.

Alana tak menyangka, menjadi kekasih Radit ternyata suatu beban yang sungguh menyiksa. Cinta Alana yang besar terhadap Radit justru membuat laki-laki itu menjadi besar kepala. Radit tahu persis bagaimana meluluhkan hati Alana walaupun ia telah berulang kali menyakiti hati Alana.

Selesai meeting, Mita, rekan Alana bercerita sambil bisik-bisik kepadanya bahwa ia telah sukses menjadi comblang bagi Radit dan temannya. Mendengar cerita itu, kepala Alana langsung berkunang-kunang. Alana yang selama ini memiliki penyakit maag akut, mendadak mual. Saat itu juga langsung berlari ke toilet. Ia menumpahkan semua makanan yang siang tadi dimakannya.

Inilah kesalahan Alana menyembunyikan hubungannya dengan Radit. Tak salah bila rekan kerja Alana menjodohkan Radit dengan temannya karena ia sama sekali tak mengetahui hubungan Alana dan Radit. Kekhawatiran Alana yang takut kehilangan sosok pacar yang sempurna seperti Radit nampaknya tak pernah berkesudahan. Setiap kali mendengar ulah Radit, setiap kali itu pula penyakit maag Alana kambuh. Ibunda Alana menjadi bingung mengapa putri kesayangannya itu seringkali mengeluh sakit.

Puncaknya, Alana terbaring lemas tak berdaya di kamarnya. Tak sesuap makanan pun yang masuk ke perutnya. Belum lagi Alana yang bolak balik muntah. Ibunda Alana cemas dan segera membawa Alana ke dokter. Dokter mengatakan berdasarkan pemeriksaan, sebenarnya secara fisik Alana baik-baik saja, namun secara psikis bisa jadi penyebab sakitnya Alana adalah kecemasan yang berlebihan. Hal itulah yang membuat asam lambung Alana naik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline