Lihat ke Halaman Asli

Ini Bukti Orang Jakarta Masih Memiliki Empati dan Peduli

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13398219241856883932

[caption id="attachment_194985" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS)"][/caption]

Kamis siang kemarin, saya bersama dua orang Kompasianer, mba Aulia Gurdi dan mba Lovema Syafei (mewakili ID Kita Kompasiana) diundang oleh ibu Mariam Barata (Kominfo) dalam Seminar "Internet Sehat Bikin Hebat" di Hotel Grand Cempaka.

Selesai dari acara, kami bertiga plus Faiz (putra mba Aulia) mampir ke Pizza Hut sekalian saya buka puasa di sana. Sesudah kenyang makan, kami beranjak pulang. Kegembiraan senantiasa mewarnai perjalanan kami.

Waktu itu mobil mba Aulia dikendarai oleh mba Vema. Saking asiknya ngobrol di mobil sambil ketawa ketiwi, saat akan memutar haluan melewati jalur busway, mendadak ban mobil selip, naik ke atas trotoar. Jelas saja membuat mba Vema panik! Ia tak mengira mobil yang dikendarainya bisa naik ke atas trotoar.

Waduh! Mana kami bertiga ibu-ibu. Kalau sudah kejadiannya begini, setenang apapun mba Aulia membantu mba Vema untuk parkir, berusaha mundur atau maju, tetap saja tak membuahkan hasil. Deru mobil yang distater mba Vema hanya berderit sedikit saja. Tak ada perubahan. Mba Vema masih panik bukan kepalang.

Melihat ban mobil mba Aulia yang naik trotoar itu, memancing perhatian orang-orang yang saat itu ada di pinggir jalan. Mereka menyebrang jalan untuk menghampiri. Ada sekitar 5 orang bapak-bapak datang mencoba membantu memarkirkan mobil agar bisa keluar turun dari trotoar.

Tak hanya mereka saja, ternyata seorang pengendara mobil Inova putih sengaja berhenti di jalur busway. Bapak yang gagah ini turun dari mobilnya dan menghampiri kami. Ia juga turut membantu mba Vema untuk memutar setir. Mba Vema ternyata tak sukses menurunkan mobil dari trotoar. Melihat hal itu, bapak ini meminta izin agar dia saja yang memegang kendali setir. Ia pun masuk ke mobil dan berusaha perlahan-lahan mengikuti instruksi dari bapak-bapak yang di luar agar pelan-pelan memutar ke kiri. Bapak-bapak itu pun bahu-membahu membantu memasangkan batu di samping trotoar agar ban mobil bisa melaju ke luar trotoar.

Si bapak pengendara Inova ini dengan mengucapkan "Bismillah", dengan kelihaiannya akhirnya ia berhasil menurunkan mobil dari atas trotoar. Alhamdulillah, kata si bapak tadi. Bersyukur insiden itu tak sampai menimbulkan kemacetan.

Sungguh lega perasaan kami, karena akhirnya bisa melalui kepanikan yang sempat terjadi dan melanjutkan perjalanan pulang. Melihat kepedulian bapak-bapak itu, sungguh suatu pemandangan yang membuat kami terharu. Mereka dengan sukarela membantu kami, tanpa kami minta. Mereka ikhlas melakukan semuanya. Hal ini menandakan bahwa ternyata masih banyak orang yang hidup di kota besar seperti Jakarta ini yang memiliki rasa empati yang tinggi.

Setelah mengucapkan terima kasih kepada para bapak-bapak yang budiman ini, terutama bapak pengendara Inova yang gagah itu, kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Setelah mengantar mba Vema sampai ke depan rumah, mobil mba Aulia meluncur lagi.

Saat mobil melaju di depan gedung Trisakti, tiba-tiba seorang pengendara motor meneriaki kami. Ia memberikan aba-aba bahwa pintu mobil belakang tidak rapat. Saat itu Faiz duduk di bangku belakang. Mendengar peringatan pengendara motor itu, mba Aulia pun menepikan mobilnya. Ternyata benar, pintu mobil tidak tertutup rapat. Duuh, apa jadinya kalau Faiz bersender di pintu mobil itu?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline