Lihat ke Halaman Asli

Diet dan Bulimia Telah Merenggut Nyawa Sahabatku!

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13101227971658237358

Saat mengetahui seorang sahabat Kompasianer cantik dan ramah, mbak Tyas terbaring tak berdaya akibat sakit Leukemia, hati saya sangat sedih. Tak terasa airmata saya mengalir membayangkan begitu berat penderitaannya. Semoga Tuhan Yang Maha Penyayang segera mengangkat penyakit mbak Tyas. DIA Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hambaNYA. Semoga sakitnya mbak Tyas bisa menghapus segala dosa-dosanya yang telah lalu. Amin.

Sakit yang menimpa mbak Tyas mengingatkan saya kepada seorang sahabat. Sebut saja namanya Intan. Saya dan Intan bersahabat sejak kami duduk di bangku Sekolah Dasar. Kami tumbuh besar bersama. Kami terpisah saat Intan mengambil sekolah Perawat di salah satu Rumah Sakit ternama di Jakarta. Pergaulan Intan berubah drastis ketika tinggal di mess Sekolah Perawat itu. Intan yang dulu saya kenal lugu, berubah menjadi gadis yang hobi ‘dugem', perokok, dan sangat memperhatikan penampilan terutama bentuk tubuhnya.

Intan gadis manis yang sederhana itu kini tampil ‘nyentrik' dan modis. Pernah suatu ketika Intan mengajak saya untuk clubbing di sebuah diskotik di kawasan Jakarta Timur. Sebenarnya saya sudah menolak, namun Intan terus membujuk saya. Itu kali pertama saya menginjakkan kaki di sebuah diskotik. Saya mencoba memahami dan memaklumi gejolak muda Intan kala itu. Pencarian jati dirinya masih belum terarah. Sebagai sahabat, saya hanya bisa mengingatkan agar Intan kembali seperti Intan yang dulu saya kenal.

Ketika Intan jatuh cinta, dia juga sering curhat kepada saya. Kekasih Intan ternyata seorang yang perfeksionis. Pria itu menginginkan Intan menjaga bentuk tubuhnya agar tetap ideal. Intan seperti terobsesi ingin membahagiakan kekasihnya itu. Namun hubungan mereka itu justru awal dari petaka bagi kesehatan Intan. Mungkin karena terlalu cinta atau takut ditinggalkan kekasihnya, Intan pun bersusah payah untuk terus menjaga berat badannya. Diet ketat pun mulai ia lakukan. Yang lebih mencengangkan, setiap kali Intan makan agak banyak, beberapa saat setelah makanan itu masuk ke dalam perutnya, Intan segera ke kamar kecil untuk ‘membuang' kembali isi perutnya. Miris sekali hati saya melihat apa yang dilakukan Intan. Apa yang dialami Intan bisa disebut sebagai penderita ‘Bulimia'.

Kebiasaan Intan itu ternyata berlangsung cukup lama hingga ia lulus sekolah Perawat. Lulus dari sekolah Perawat, Intan melanjutkan kuliah kebidanan. Namun sayangnya, hubungan Intan dengan kekasihnya itu kandas di tengah jalan. Intan sedih dan kecewa. Ia merasa gagal mendapatkan cinta kekasihnya itu. Yang lebih parah, ia menyalahkan dirinya sendiri karena merasa gagal membahagiakan kekasihnya.

Ternyata kebiasaan buruk Intan berakibat dan berdampak beberapa tahun kemudian setelah Intan menikah dan memiliki seorang anak. Keluhan demi keluhan selalu dialami Intan. Intan mengalami gangguan pencernaan yang cukup parah. Dan itu menyerang usus besarnya. Intan sama sekali tidak menyangka efek dari kebiasaan buruknya di masa lalu akan menghantuinya terus menerus. Sakit yang diderita Intan semakin parah. Ketika dokter memvonis Intan dengan penyakit Kanker Usus Stadium lanjut, Intan sangat histeris. Namun kenyataan sepahit apapun harus ia terima. Intan pasrah. Ia hanya bisa menangis dan menangis. Terlebih melihat puterinya yang masih berusia 3 tahun. Intan membayangkan seandainya usianya tidak panjang, bagaimana nasib puteri kecilnya itu. Kemoterapi pun mulai ia jalani.

Terakhir saya bertemu Intan adalah saat Intan menghadiri resepsi pernikahan saya. Saya amat kaget melihat pemandangan yang saya lihat. Tubuh indah Intan berubah. Ia nampak kurus, kulitnya hitam dan rambutnya rontok. Dia memeluk saya dan menangis. Saya hanya bisa membesarkan hati Intan dan menguatkannya agar ia tabah menjalani semuanya. Yang lebih mengagetkan adalah, saat itu Intan tengah hamil anak kedua. Usia kandungan Intan sudah 5 bulan. Intan bercerita, sebenarnya dokter melarangnya untuk hamil lagi mengingat kondisi Intan yang semakin memburuk akibat kanker ususnya. Namun Intan bertekad untuk melanjutkan kehamilannya. Meskipun ia tahu konsekwensi yang harus ia hadapi, kehilangan nyawanya.

Beberapa bulan kemudian kabar buruk itupun saya terima. Nana, adik Intan mengabarkan bahwa Intan telah berpulang seminggu pasca melahirkan. Intan sempat dioperasi untuk menangani kanker usus besarnya. Namun ternyata, nyawanya tak tertolong. Mendengar itu saya langsung terduduk lemas. Airmata saya mengalir deras. Namun sayangnya, berita itu saya ketahui setelah beberapa minggu Intan dikuburkan. Saya tak sempat melihat kondisi Intan untuk yang terakhir kalinya. Nana menceritakan betapa penderitaan Intan saat itu setelah melahirkan. Bahkan Intan tak sempat untuk menyusui bayinya. Ya Tuhan, mengapa begitu cepat ENGKAU memanggil sahabatku. Semoga Engkau memberikan tempat terindah untuknya. Amin.

Belajar dari kisah Intan, hendaknya kita para wanita, jangan pernah melakukan kesalahan yang sama dengan mengikuti semua kemauan pasangan anda, apalagi yang masih berstatus sebagai  ‘pacar'. Tentu anda akan merasa lebih nyaman dan bahagia apabila pasangan anda bisa menerima keadaan anda apa adanya. Carilah seseorang yang bisa menerima kekurangan dan kelebihan anda. Tak ada satupun manusia di dunia ini terlahir sempurna.

[caption id="attachment_118307" align="alignright" width="183" caption="Ilustrasi: Google Image"]

131012382254161539

[/caption]

Apa yang dialami oleh sahabat saya sudah bisa dipastikan bahwa ia penderita ‘Bulimia'. Menurut dunia kesehatan, Bulimia adalah kelainan pola makan (gangguan makan) yang sering terjadi pada wanita dan sangat menyiksa. Si penderita kerapkali melakukan penyiksaan terhadap diri sendiri. Bulimia merupakan keadaan dimana seorang penderita makan secara berlebihan secara berulang-ulang (binge) dan kemudian kembali mengeluarkannya. Mengeluarkan makanan yang dimakan ini bisa melalui muntah yang biasanya diinduksi dengan obat pencahar, selain itu juga dengan mengeluarkannya lewat kencing dengan menggunakan obat diuretik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline