Lihat ke Halaman Asli

Marhaban atau Ahlan Wa Sahlan Ya Ramadan?

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak terasa kalau hari ini sudah masuk hari keenam bulan Ramadan. Sudah sejak beberapa hari yang lalu, di mana-mana tulisan Marhaban ya, Ramadan  bermunculan.  Di televisi, koran, radio, media sosial,  atau di  telepon seluler,  baik melalui SMS maupun BBM.  Ungkapan kegembiraan menyambut datangnya bulan Ramadan itu  tampil dengan berbagai ekspresi. Bahkan banner dan baliho kedua Capres kita pun tidak ketinggalan menyerukan ungkapan itu.  Mereka pun  tak lupa

( karena memang tujuan utamanya itu) menyisipkan pesan untuk memilih dirinya dalam Pemilu yang akan digelar pada tanggal 9 Juli nanti.

Lalu apa yang membuat bulan Ramadan itu begitu istimewa,  sehingga seolah setiap unsur di masyarakat begitu  bersemangat dan tidak sabar menanti kedatangannya?  Ulama pendahulu, sampai menggubah sebuah syair yang berisi pujian bagi bulan istimewa ini memakai kata "marhaban". Kata yang sama yang dipakai untuk  memuji dan menyambut, manusia termulia, Rasulullah Muhammad Saw. Coba  simak teks  shalawat di bawah ini:

1. Marhaban ya, syahrul Ramadan ( Selamat datang, wahai bulan Ramadan)

مَرْحَبَاً يَا شَهْرَ رَمَضَانْ مَرْحَبَاً شَهْرَ الْعِبَادَةْ

مَرْحَبَاً يَا شَهْرَ رَمَضَانْ مَرْحَبَاً شَهْرَ السَّعَادَةْ

Selamat datang wahai Ramadan, selamat datang wahai bulan ibadah,

Selamat datang wahai Ramadan, selamat datang wahai bulan kebahagiaan,

مَرْحَبَاً يَا زَاهِرَ اْلآنْ فِيْ الْمَجَالِيْ بِالزِّيَادَةْ

لِلأَخِلاَّ قُرَّةْ أَعْيَانْ أَنْتَ يَا شَهْرَ الإِفَادَةْ

Selamat datang wahai yang  tiba dengan cahaya dalam kejelasan bertambahnya anugerah,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline