Lihat ke Halaman Asli

Ella Safira

Magister Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Implementasi Sifat Allah AS-SYAKURU (Maha Menghargai) dalam Pembentukan Kesejahteraan Psikologi (Psychological Well-Being)

Diperbarui: 17 Juni 2024   00:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemahaman Makna As-Syakuru (Maha Menghargai)

Kita sering mendambakan pengakuan dan ber-ekspektasi lebih dari orang lain, dan ketika kita berbuat baik secara diam-diam, kita mungkin berharap mereka mengetahui bahwa kitalah yang membantu mereka. Terkadang kita mungkin berharap orang lain mengetahui niat baik Anda meskipun kita gagal melakukan tindakan tersebut. Dan Allah Maha Menghargai lagi Maha Mengetahui. [Quran, 4:147] “Dia mengetahui, memberi pahala, dan menghargai apa yang orang lain mungkin tidak mengetahuinya. Berusahalah semaksimal mungkin untuk membantu orang lain, tanpa mengharapkan imbalan apa pun, dan Allah sebagai Ash-Shakoor akan mengirim seseorang untuk melakukan hal yang sama untuk kita.”

Allah menyebut diri-Nya Asy-Shakoor— Yang Maha Menghargai, Yang Maha Bersyukur, Yang Membalas Perbuatan Baik — sebanyak empat kali dalam Al-Quran. Dialah yang memberi secara berlimpah dan memberi sedikit balasan. Ash-Shakoor menghargai perbuatan sekecil apapun dengan penghargaan yang tidak terbatas. Artinya Allah-lah Yang Maha Bersyukur, karena Dialah yang dengan penuh syukur memberikan pahala yang besar. Ash-Shakoor bahkan menghargai walau niat hamba-Nya sekalipun.

Bagaimana hal ini membantu diri kita mencapai kesejahteraan psikologi?

Dari makna tersebut, sebagai hamba-Nya kita dapat lebih memahami arti rasa bersyukur dalam diri kita. Ya. Hati yang bersyukur adalah hati yang luas dan indah. Syukur adalah kunci dari semua manifestasi dan evolusi. Jadi ketika kita benar-benar bersyukur atas sesuatu, hal itu akan berdampak pada kita dan semua orang yang terhubung dengan kita atau peristiwa itu. Ini seperti batu yang dilompati melintasi kolam. Kita tidak akan pernah tahu sejauh mana rasa syukur kita yang tulus akan tersalurkan. Rasa syukur bukanlah hal yang hanya terjadi satu kali saja. Untuk perubahan nyata dalam kesejahteraan seseorang secara keseluruhan, rasa syukur perlu menjadi cara hidup atau ‘lifestyle’ yang dengan senang hati kita terapkan.

Salah satu hambatan adanya kesejahteraan psikologi dalam diri kita adalah stress. Dimana rasa stress itu sendiri sering timbul dari masalah-masalah hidup yang tidak bis akita atasi atau ubah. Stres yang kita alami bisa saja merupakan reaksi terhadap sikap negatif orang-orang di sekitar kita (keluarga, teman, lingkungan sekitar, teman sekelas, pasangan kita), nilai sekolah yang buruk, komentar atasan tentang kinerja kita, atau bahkan suasana hati yang buruk karena cuaca buruk yang memengaruhi rencana kita untuk akhir pekan. Stres juga bisa diciptakan secara internal. Kita gagal dalam ujian, kita tidak mendapat telepon kembali setelah wawancara kerja, perselisihan dengan pasangan kita, atau kita terlalu lelah dengan tanggung jawab pekerjaan atau sekolah sehingga kita hanya ingin tidur sepanjang hari. Dari situ pemikiran negatif kita mengambil alih. Kita mulai berkata pada diri kita sendiri, bahwa kita tidak bisa melakukan satu hal pun dengan benar. Bahwa kita tidak mampu,  kita tidak pantas mendapatkan sesuatu yang baik.

Pemikiran negatif itulah yang perlu di waspadai. Mengapa? Karena hal ini memaksa diri untuk melihat kenyataan melalui sudut pandang negatif, yang membuat diri sendiri merasa stres, meningkatkan kecemasan, dan menjauhkan diri dari melihat dunia sebagai dunia yang penuh dengan kemungkinan dan pilihan. Padahal hanya dengan menumbuhkan dan meningkat kan perasaan bersyukur dapat membantu diri kita mengendalikan kritik batin tersebut. Praktek bersyukur itu sederhana seperti memulai setiap pagi dengan mengucapkan, “terima kasih.”, kepada Allah sang pencipta, dan kepada diri sendiri.

Dengan perasaan bersyukur menyegarkan otak kita untuk memikirkan hal-hal positif. Kita mulai memikirkan hal-hal yang kita miliki, alih-alih terobsesi dengan hal-hal yang tidak di miliki yang dapat membuat kita merasa frustrasi dan tidak bahagia. Juga membantu diri sendiri melihat kehidupan sebagai sesuatu yang berlimpah, bukannya kosong. Dan ini sangat, sangat penting karena ini adalah perubahan pola pikir. Diri kita mulai mengidentifikasi apa yang menjadi kekuatan kita dan kemudian fokus pada hal tersebut, alih-alih mencari kelemahan atau hambatan dan membuatnya tampak lebih besar setiap hari. Dari sini kita dapat menciptakan suasana positif pada hidup kita sendiri.

Bagaimana cara memulai kebiasaan ini?

Coba lakukan lebih awal. Ketika Anda memulai hari dengan rasa syukur, kita akan merasakan efeknya sepanjang hari. Luangkan waktu beberapa menit ketika bangun tidur dan sebelum mulai bersiap-siap untuk bekerja atau sekolah. Beri diri sendiri waktu tenang untuk fokus pada apa yang ingin kita syukuri. Mulailah dengan tiga hal. Fokus pada tiga hal yang kita dapat syukuri hari ini. Hal ini bisa berupa hal yang paling sederhana seperti memiliki tempat tidur yang nyaman untuk tidur, berada dalam kondisi kesehatan yang baik, atau memiliki kesempatan untuk kembali membuka mata dari tidur dan dapat menikmati hari ini. Atau bisa berupa sesuatu sederhana yang kita banggakan karena telah melakukannya, seperti tugas yang sudah kita selesaikan tepat waktu atau membantu seseorang membawakan belanjaannya. Kita juga dapat memikirkan tentang pengalaman menyenangkan baru-baru ini seperti menghabiskan waktu bersama teman atau menikmati jalan-jalan di alam.

Jelaskan alasan secara spesifik. Jika bersyukur atas teman tertentu atau pasangan dalam hidup kita, tekankan sifat-sifatnya yang mana yang kita syukuri (mereka hangat, lucu, dll.). Jika bersyukur memiliki kamar atau kost sendiri, tunjukkan mengapa hal ini penting bagi kita (bebas mengatur hari sesuai keinginan kita). Jika kita bersyukur telah menyelesaikan tugas yang sulit lebih awal, pikirkan betapa santai dan percaya diri yang dapat di rasakan saat ini karena kita telah merencanakan segalanya sebelumnya. Kita bisa mensyukuri semua pengalaman hidup yang kita alami. Sekalipun itu menyedihkan, menantang, atau sulit, kita dapat bersyukur atas apa yang kita pelajari dari pengalaman tersebut, meskipun pembelajaran tersebut adalah hal yang tidak kita inginkan dalam hidup kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline