Pernyataan bahwa "perempuan lebih banyak berselingkuh dari pada laki-laki" adalah klaim yang memerlukan analisis mendalam dan didukung oleh data serta penelitian yang valid.
Dalam realitas sosial, perilaku perselingkuhan tidak bisa disederhanakan berdasarkan jenis kelamin saja, karena hal ini adalah fenomena yang sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi emosional, hubungan pasca pernikahan, nilai-nilai sosial yang dianut.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dengan adanya pernyataan diatas :
1. Data dan Penelitian
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa perselingkuhan terjadi baik di kalangan laki-laki maupun perempuan, tetapi kelazimannya bisa bervariasi tergantung pada metode penelitian, konteks budaya dalam suatu daerah.
Sebuah survei mungkin menunjukkan bahwa lebih banyak laki-laki yang mengakui berselingkuh, tetapi itu tidak selalu berarti laki-laki lebih sering melakukannya dibandingkan perempuan.
Perbedaan ini terkait dengan norma sosial, di mana laki-laki mungkin merasa lebih terbuka atau bahkan bangga mengakui perselingkuhan bila dibandingkan dengan perempuan.
2. Faktor Sosial Budaya
Di beberapa budaya yang dianut, laki-laki mungkin lebih bebas untuk berselingkuh karena norma sosial yang lebih terbuka terhadap perilaku mereka.
Sebaliknya, perempuan mungkin menghadapi stigma sosial yang lebih besar jika terlibat dalam perselingkuhan, sehingga mereka mungkin cenderung lebih tertutup.
Norma budaya juga mempengaruhi bagaimana perselingkuhan dipersepsikan dan dilaporkan, beberapa kalangan masyarakat menyatakan bahwa perselingkuhan yang dilakukan oleh laki-laki mungkin lebih diterima atau diabaikan dibandingkan perselingkuhan yang dilakukan oleh perempuan.
3. Motivasi untuk berselingkuh
Motivasi di balik perselingkuhan dapat berbeda antara laki-laki dan perempuan.