Lihat ke Halaman Asli

Transformasi dan Tantangan: Perubahan Drastis di Pasar Tanah Abang Akibat Era Digital

Diperbarui: 8 Oktober 2023   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masa kejayaan pasar Tanah Abang kini menjadi kenangan, tergerus oleh perubahan zaman yang tidak terelakkan. Dulu, pasar ini dipenuhi dengan kerumunan orang yang sibuk lalu lalang, tetapi sekarang, keadaannya sangat berbeda. Pemandangan sesak dengan orang bahu membahu sudah menjadi masa lalu yang tak lagi terlihat. Yang tersisa adalah keheningan yang nyaris tak ada pedagang atau pembeli yang terlihat.

Era digitalisasi yang terus berkembang, terutama dalam sektor perbelanjaan, telah memberikan dampak signifikan. Pasar Tanah Abang saat ini sepi pengunjung karena banyaknya transaksi jual beli yang beralih ke dunia maya, terutama melalui live shopping di media sosial. Tren live shopping ini benar-benar telah mengubah cara orang berbelanja. 

Pedagang di pasar Tanah Abang pun mencoba beradaptasi dengan cara yang serupa, bukan lagi melayani pembeli di kios-kios setiap hari, tetapi mereka kini menjual dagangannya melalui gawai pribadi mereka.

Kisah kelam ini juga mencakup beberapa pedagang yang telah terpaksa menutup kios mereka atau bahkan menjualnya kepada pihak lain. Penurunan omzet yang begitu signifikan telah membuat keberlanjutan bisnis menjadi semakin sulit. 

Saat gulung tikar tampak sebagai pilihan terakhir bagi beberapa pedagang yang berjuang. Maraknya penjualan di online shop, terutama melalui platform seperti TikTok, telah membawa dampak serius terhadap eksistensi pasar tradisional seperti Tanah Abang. 

Masa kejayaan pasar ini yang dulu penuh dengan keramaian dan aktivitas bisnis kini telah tergerus oleh perubahan zaman. Fenomena era digitalisasi, khususnya tren live shopping di media sosial, telah mengubah secara signifikan cara orang berbelanja dan berinteraksi dengan pedagang.

Dalam konteks ini, pasar Tanah Abang dan pasar tradisional serupa di seluruh dunia menghadapi risiko nyata penutupan jika situasinya terus memburuk. Maraknya penjualan di online shop, khususnya melalui TikTok, dapat memperparah kondisi ini. Dengan penurunan pengunjung dan omzet yang signifikan, para pedagang tradisional harus mencari cara untuk berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan zaman.

Pelatihan dan dukungan dari pihak terkait, baik pemerintah maupun lembaga bisnis, mungkin diperlukan untuk membantu pedagang bertransisi ke era digital dengan lebih baik. Selain itu, strategi kolaborasi dengan platform e-commerce dan pemasaran online yang lebih efektif mungkin juga diperlukan untuk mempertahankan eksistensi pasar tradisional sebagai bagian penting dari warisan budaya dan ekonomi lokal.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline