Lihat ke Halaman Asli

Pendidikan di Indonesia

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Banyak pandangan yang memilukan bagi pendididkan di Indonesia, dimana banyak potensi yang terkubur hanya karena sempitnya kemampuan materi untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dari pendidikan tersebut dapat terlihat akan semakin mundurnya tingkat pendidikan anak-anak Indonesia, karena dari pendidikan tersebut akan membentuk siklus yang nantinya juga akan menciptakan generasi-generasi yang tidak bisa untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Misalkan, seorng warga negara Indonesia yang mempunyai kemampuan ekonomi minim maka dia akan mengenyam sebatas kemampuan orang tuanya sesaat setelah menyelesaikan pendidikan yang terbatas tersebut maka dia juga mempunyai kesempatan untuk dapat memilih pekerjaan yang terbatas dan gaji yang dia terimapun akan terbatassesuai dengan tingkat pendidikan yang dia enyam. Apabila seorang tersebut tidak kreatif maka tingkat ekonominya keluarga juga akan terbatas. Dari situ siklus tersebut akan terbentuk secara alami dengan kemampuan ekonomi yang terbatas maka diapun akan mengulangkan siklus hidupnya pada anaknya dengan pendidikan yang terbatas. Sebenarnya tingkat pendidikan seseorang tidak berpengaruh secara ketrampilan hanya kesempatan yang membatasinya kita tidak bisa pungkiri di Indonesia pekerjaan di klasifikasikan dari tingkat pendidikan walaupun secara skil tentu belum terdapat perbedaan yang siknifikan, hal tersebut yang mempengaruhi kesempatan berkerja seorang.

Oleh karena itu pendidikan seharusnya mendapat perhatian yang sangat lebih dari pemerintah, karena merupakan pilar dari kelangsungan kejayaan bangsa. Tidak hanya itu peranserta masyarakat juga sangat di butuhkan karena masyarakat sebenarnya mampu utuk turut meningkatkan tingkat pendidikan yang ada di masyarakat. Semakin hari pendidikan dapat kita rasakan semakin mahal dan seakan hanya terjangkau oleh sebagian masyarakat kita. Apalgi dengandanya penggolongan akreditasi sekolah dengan embel-embel sekolah favorit dengan status SBI dankawan-kawan maka biaya pendidikan di sekolah tersebut akan menjadi mahal bukan main. Bagaiman halitu dapat mewujudkan tujuan negara yang trercermin dari undang-undang yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan sekolah yang diharapkan terakreditasi baik dan dapat mencerdaskan kehidupan bang sa malah membunuh masa depan bangsa dengan biaya pendidikan yang selangit. Dengan adanya SBI banyak fenomena permainan uang, ,ereka yang mempunyai dana besar maka akan dapat mengenyam pendidikan yang tinggi walaupun mungkin secara kemampuan kurang. Hal itu yang akan menurunkan tingkat kualitas pendidikan yang ada di sekolah tersebut. Fenomena “PENDIDIKAN HANYA UNTUK ORANG KAYA” semakin nyata di depan mata.

Masyarakatpun sekarang sudah terperangkap dalam individu masing-masing, suadah tidak sadar dengan keadaan lingkunganya. Yang merasa mempunyai kemampuan lebih tidak melakukan tugasnya sebagai mahkluk sosial, yang berpendidikan merasa paling pandai tidakmau menularkan kepandaiannya. Orang yang mampu secara keuangan sedikit yang mau untuk membantu mangembangkan potensi pendidikan dengancara menjadi seorang orang tua asuh. Yang pandai hanya berfikir bagaimana bisa menambah kekayaan tidak berfikir bagai mana menularkan kemampuannya mungkin dengan membuka bimbingan belajar gratis ataupun kursus gratis untuk meningkatkan ketrampilan generasi masa depan bangsa. Guru hanya berfikir kapan gaji naik ataupun sertifikasi agar gaji semakin tinggi tanpa dedikasi untuk mencerdaskan bangsa. Yang baru lulus hanya mengharap bagaimana agar bisa di tempatkan di jawa tanpa berfikir di luar jawa masih banyak membutuhkan tenaga guru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline