Lihat ke Halaman Asli

Teks Kritik pada Novel "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck"

Diperbarui: 10 Maret 2021   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Karya sastra yang menghubungkan antar makhluk hidup seperti manusia dengan tuhan, manusia dengan lingkungan. Dalam karya sastra seharusnya terdapat informasi mengenai karakter yang dijuluki dengan dijelaskan secara mendetail.

Yang disampaikan oleh Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama Buya Hamka. Dalam novelnya yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, novel yang menjadi fenomenal tersendiri dalam karya sastra Indonesia, terutama unsur sosial dan mengangkat nilai tradisional atau budaya asli.

Novel ini mengisahkan tentang dua insan yang saling mencintai dengan penuh rasa tulus dan ikhlas. Dibalik kisah kasih cinta mereka, ada latar belakang mengenai peraturan adat yang sangat tegak yaitu Adat Minang. Adat Minang kala itu menganggap bahwa warisan dapat membuat orang berselisih.

Nilai tradisional budaya dan dari segi stuktur bahasa sangat dirasakan dan dimengerti oleh pembaca pada setiap bagiannya. Bahkan dalam beberapa paragraf kita dapat menemukan pesan amanat, terutama dalam ranah budaya. Namun, dengan bentuk seperti itu tidak membuat novel ini menjadi membosankan karena penulis menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Gaya penulis untuk mengungkapkan setiap pesan dan amanat membuat kita sadar bahwa baru sedikit yang kita kenal dari nilai budaya yang diketahui.

Adapun hal lain yang dapat diunggulkan dari novel ini adalah kemampuan Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama Buya Hamka untuk melukiskan suasana yang dapat begitu fasih digambarkan sehingga seakan-akan mengajak pembaca untuk menikmati suasana di Negeri Minang tersebut dengan karyanya. 

Alur cerita juga dirangkai dengan begitu baik, menggunakan alur campuran yang dapat pembaca lihat dan rasakan dulunya seperti apa dan bagaimana. Konflik yang dibangun juga membuat novel ini layak menjadi novel kebangkitan bagi sastra budaya. Banyak inspirasi yang kemudian bisa hadir dalam benak pembaca.

Satu hal yang ditemukan dan terlihat ada kejanggalan dalam novel ini adalah ada beberapa tokoh yang tidak diceritakan akhirnya. Mungkin maksud penulis disini, ia ingin menggambarkan tokoh yang mendominasi di akhir cerita ini. 

Para pembaca yang merasakan hal ini pasti bertanya-tanya, apakah beberapa pemeran dalam novel ini tidak dijelaskan secara jelas dari karakter yang diperani, kemana beberapa tokoh lain yang masih terlihat dikeadaansebelumnya dan dengan penggunaan bahasa yang digunakan sangat kental dari budaya nya tersebut.Meskipun tidak begitu jelas dari karakter hingga bahasa yang digunakan, tetapi akan lebih baik jika karakter tokoh dapat dimunculkan dengan jelas dan jangan sampai tokoh lain dihilangkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline