Lihat ke Halaman Asli

Eliya

Master in Political Communication

Katanya Tak Ada Cebong-Kampret, Peliharaannya Terus Menyerbu

Diperbarui: 21 Juli 2019   20:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilu presiden sudah selesai. Pertemuan MRT mencair suasana. Jokowi dan Prabowo sepakat, tak ada lagi cebong dan kampret, yang ada hanya Garuda Indonesia. Garudanya lambang Gerindra, Indonesianya brandingnya Jokowi.

Di sebagian besar media mainstream, gagasan untuk mempersatukan bangsa ini terus digulirkan. Ada sebagian kecil media milik politisi yang tetap terus menerus melakukan provokasi terhadap persatuan yang sedang dirajut.

Ternyata hal itu juga terjadi di media sosial. akun akun influencer kelompok Jokower justru lebih mendominasi provokasi tersebut. Salah satu yang menjadi target serangan bertubi tubi, adalah Gubernur DKI Jakarta pemenang Pilkada 2017. 

Tulisan ini, ingin menelisik kemungkinan kemungkinan yang mendasari sikap para influenser tersebut memposting konten konten provokatif.

Kemungkinan pertama, kondisi ini merupakan bagian dari strategi panjang kelompok yang ingin mempertahan kekuasaan. Usaha ini sudah dimulai sejak pilkada DKI Jakarta 2012, berlanjut dalam pilpres 2014 dan 2019, dengan tujuan akhirnya adalah pemilu presiden 2024. Jokowi memang tidak dapat lagi maju sebagai calon presiden, kalau tidak ada amandemen UUD 1945 yang memperpanjang masa jabatan, ataupun membolehkan lebih dari 2 periode. 

Hal ini menyebabkan pertarungan pemilu presiden 2024 menghadirkan kandidat kandidat baru, yang bukan petahana. Sudah bukan rahasia lagi, Basuki Tjahaya Purnama, merupakan tokoh yang sejak lama berambisi untuk menjadi orang pertama di negeri ini. Ambisi yang dilakoni secara persisten melakukan usaha usaha, walaupun tersandung masalah kasus penistaan agama yang menjadikannya terpidana. Nampaknya usaha ini akan terus dilakukan dan momentum 2024 adalah target yang dapat dikejar dari sekarang.

Para influencer kemungkinan besar merupakan bagian dari usaha pemenangan BTP pada pemilu presiden 2024 nanti. Kritisi dan serangan terhadap calon kandidat lawan dilakukan sedari dini. 

Kemungkinan kedua adalah, para influencer pendukung Jokowi yang menyerang lawan diruang publik yang terkesan tidak mengidahkan himbauan Jokowi sebagai presiden yang mereka dukung, bisa jadi merupakan strategi para influencer tersebut untuk mendapatkan jatah kursi kekuasaan, kalau gak dapat posisi menteri, wakil menteri bisa yang lain juga. Biasanya jatah para relawan influencer di Sosial media ini adalah kursi Komisaris Utama BUMN. 

Entah mana yang benar dari kedua kemungkinan tersebut, bisa salah satu, bisa kedua duanya. 

Menurut Kamu gimana ? 

komen yuk !!!!!!!!!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline