Lihat ke Halaman Asli

Jadi, Nikmat Mana Lagi yang Mau Kamu Dustakan?!

Diperbarui: 23 Agustus 2023   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Detik.com

"Dia enak banget ya hidupnya. Lah kita?"

Sahabat, mungkin pernah mendengar pernyataan ini atau malah kita adalah salah satu orang yang pernah mengucapkan hal demikian?

Sebagai manusia biasa, sifat mengeluh pasti ada. Apalagi orang-orang semacam kita yang imannya sering naik turun. Lalu lalang persoalan di dunia membuat kita sering mengeluhkan sesuatu, entah mengeluh tentang keadaan atau rezeki yang sulit dicari. Kita ini juga kadang membandingkan siatuasi kita dengan orang lain. Seringkali juga merasa jadi orang paling bersusah.

Disebutkan dalam Al-Qur'an surah Al-Maarij ayat 19-22 bahwa manusia diciptakan memang dengan sifat yang senang berkeluh kesah, "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir." (Al-Maarij: 19-22).

Salah satu penyebab kenapa banyak manusia yang kufur nikmat, karena sering menganggap bahwa rezeki itu hanyalah uang atau harta. Jadi ketika mendapakan sedikit rezeki, mereka berkeluh kesah. Apalagi dengan keadaan yang membuat seseorang harus bekerja keras akan tetapi hasilnya tidak sesuai dengan kerja kerasnya. Sadar atau tidak, kita masih terkungkung dengan kuantitas atau nominal uang yang kita miliki. Kita masih diperbudak oleh nominal. Tetapi kita lupa bahwa rezeki dari Allah itu banyak, bahkan hari ini kita masih diberi kesempatan untuk hidup dan menghirup udara segar, itu adalah rezeki yang luar biasa nikmatnya.

Sahabat, cobalah sesekali kita selidiki diri kita sendiri, sudah berapa banyak nikmat Tuhan yang kita ingkari? Nikmat sehat, nikmat bernapas dengan lega, nikmat tinggal di negara yang aman lagi tenteram, nikmat diberikan fisik yang kuat, nikmat diberi teman-teman dan lingkungan positif, nikmat masih bisa berkumpul dengan orang-orang terdekat kita, dan masih banyak lagi nikmat-nikmat yang luar biasa tapi kadang kita melupakannya.

Dan sadarkah kita, mungkin di luar sana banyak yang tidak seberuntung kita, tetapi syukurnya jauh lebih banyak daripada kita. Jadi, nikmat mana lagi yang mau didustakan? Seharusnya, daripada kita sibuk dengan mengkufuri nikmat, lebih baik belajar untuk menyalurkan rasa syukur kita dengan membantu dan berbagi kepada sesama. Manusia memang diciptakan bersifat keluh kesah. Tetapi jangan lupa, Al-Qur'an juga mencatat orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang tinggi derajatnya di hadapan Allah.

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (Q.S Ali Imron: 139).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline