Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Sebuah Cara

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mungkin salah satu orang yang sangat sensitif perasaannya, lebih dari yang lain. Sehingga saya sangat peka dengan sebuah cara. Ya, cara.

Saya tidak suka dikritik dengan cara yang tidak saya sukai, saya tidak suka diperintah dengan cara yang tidak saya sukai, bahkan saya meninggalkan seseorang yang saya cintai karena saya tidak suka caranya mencintai saya.

Selain itu, saya tidak suka diajari dengan cara yang tidak saya sukai, intinya, saya tidak menginginkan apapun terjadi jika dengan cara yang tidak saya sukai. Bukan, bukan tidak ingin dikritik atau apa. Saya senang seseorang mengkritik saya, karena dengan itu saya bisa belajar. Saya senang diminta tolong melakukan sesuatu, tapi lakukanlah dengan cara yang enak. Jika mencintai saya, cintailah saya dengan cara-cara yang dapat saya mengerti dan membuat nyaman. Kuncinya, lakukanlah semua itu dengan membuat saya tetap merasa dihargai.

Seperti kasus pagi tadi. Saya dengan terburu-buru mendatangi sebuah toko yang saya tahu menjual apapun mulai dari perkakas rumah tangga sampai baju. Saya sendiri datang sepagi itu karena harus membeli sebuah kado. Saya lupa hari ini adalah acara perpisahan anak saya di sekolahnya. Para orang tua yang notebene ibu-ibu berinisiatif untuk mengadakan acara tukar kado. Jadilah pagi-pagi saya kerepotan karena selain harus mengurus persiapan anak-anak, saya juga harus membeli kado, pada jam 7 pagi. Sepagi itu? Toko mana yang buka?

Pergilah saya ke toko yang saya sebutkan tadi. Awalnya senang mendapati toko sudah buka. Saya masuk dan langsung menuju kumpulan jilbab yang dipajang di etalase.

"Cari apa?", Tanya si pemilik toko.

"Jilbab, Pak."

"Mau warna apa?"

"Saya mau lihat dulu kainnya jenis apa. Dan ada warna apa saja?" (catatan: saya mengatakan ini selembut dan sesopan mungkin)

"Langsung saja! Tinggal sebut warnanya, semua sama aja." Si Bapak pemilik toko itu bicaranya mulai keras, dan dengan sedikit menggebrak etalase.

"Berapa harganya, Pak?" (masih dengan sangat sopan)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline