Lihat ke Halaman Asli

listiani

bukan penulis

Mas, I Love You

Diperbarui: 24 Oktober 2020   16:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebelum aku menceritakan tentang kisahku, aku ingin memperkenalkan diriku lebih dulu.

Perkenalkan, namaku khayra dinda..biasa disapa dinda..

Tahun ini umurku sudah mencapai seperempat abad, usia dimana orang bilang, sudah waktunya untuk menikah. Namun sayangnya hingga saat ini aku masih menyendiri alias menjomblo haha. Aku sibukkan diriku dengan bekerja di bidang yang memang aku sukai. Aku isi hari-hari ku dengan kegiatan positif yang bisa membuatku lupa dengan kesendiriian ku. Sebelum menjomblo seperti saat ini, dua tahun lamanya, aku pernah menjalin hubungan jarak jauh alias long distance relationship. Namun, akhir tahun lalu, hubungan itu kandas begitu saja, setelah sekuat tenaga aku pertahankan. Butuh waktu berbulan-bulan untuk bisa bangkit dari keterpurukan itu. Tapi syukurlah, aku punya teman, sahabat, dan keluarga yang menjadi support system.

Setelah putus hingga saat ini, aku mengenal beberapa laki-laki dengan macam-macam karakter. Namun taka da satupun yang benar-benar membuatku tertarik. Hehe...sok cantik ya ?

Sampai pada akhirnya, sekitar bulan akhir bulan juli, aku bertemu dengan satu laki-laki yang cukup nyentrik penampilannya. Aku bertemu dengannya di resepsi pernikahan teman baikku. Dengan rambut tergerai dan memakai kemeja motif kotak-kotak dengan sedikit paduan warna hijau, dia tersenyum ramah kepada setiap tamu yang datang. Ya.. ia adalah fotografer si tempat resepsi pernikahan teman baikku. Saat itu, kebetulan terik matahari cukup menyengat di kulitku. Bahkan baju dan kerudung terasa hangat. Namun, senyum ramahnya seolah membuat suasana menjadi sejuk dan menambah atmosfir kebahagiaan kedua mempelai.

Perlahan birunya langit berubah menjadi jingga, senja pun mulai menampakkan dirinya di hadapanku. Aku yang sedang dalam perjalanan sepulang dari tempat bekerja, membuka akun social mediaku. Setelah kulihat, ada yang mengirimiku pesan. Sebelumnya, seingatku, entah aku atau dia saling memfollow di media social. Aku buka pesan itu, dan ternyata pesan itu dari si mas gondrong. Ia mengatakan ''hai salam kenal" aku yang memang sedang bosan, kemudian membalas pesan itu. Kami pun akhirnya saling membalas pesan, meskipun tidak lama dan chatingan kami berakhir begitu saja.

Waktu terus berjalan, hari terus berganti, seolah enggan menunggu. Kami tidak pernah lagi saling membalas pesan. Hanya sesekali saling memberi komentar. Dan tidak berlanjut. Ia hanya menjadi viewers setiap kegiatan yang aku abadikan di akun media sosialku. Sampai pada akhirnya, kami kembali saling berbalas pesan lewat media social lainnya. Kali ini, pembahasan kami cukup berat, yakni tentang cinta dan idealisme hehe. Tapi aku menikmatinya, karna diskusi saat itu, justru membuatku kagum dengan dia.

Saat itu, kebetulan di tempat kerjaku, sedang ada masalah. Aku bingung ingin menumpahkan kesedihan dan kekesalanku pada siapa. Aku butuh seseorang untuk mendengarkan. Ku pilihlah mas gondrong ini untuk jadi pendengarku, meskipun saat itu ia sedang sibuk mengurus orang tuanya yang sakit. Tapi ternyata ia mau meluangkan waktunya untuk mendengarkan ku. 

Hati ku terasa sedikit lega, usai bercerita dengan mas gondrong. Aku merasa terhibur. Namun justru muncul masalah baru. Aku semakin penasaran dengan laki-laki nyentrik ini. Aku ingin lebih tau lagi tentang dia. Dan... chatingan kami berlanjut di whatsapp! Kami seolah semakin akrab. Kami terus menerus saling membalas pesan, bahkan kami saling mengirim pesan suara. Kami bernyanyi Bersama, kami tertawa, saling menghibur satu sama lain. Terkadang ia juga membuat kata-kata puitis.

Setelah aku renungi, ternyata aku semakin tertarik dengan laki-laki yang biasa aku penggil mas gondrong ini. Terlebih setelah ia menceritakan seperti apa kehidupannya, seperti apa perjuangannya untuk survive. Oia, mas gondrong ini seorang wirausaha, dan itu yang membuatku kagum. Di usianya yang terbilang masih muda, ia sudah berani menjadi seorang wirausaha. Belum lagi sifatnya yang bijak dalam menghadapi masalah, serta kerja kerasnya, membuatku semakin ingin lebih dekat dengannya. 

Suatu malam, ketika kami sedang asyik chatingan, aku ingin dia bernyanyi. Lalu ia kirim pesan suara. Ia bernyanyi, meskipun suaranya tidak begitu merdu, tapi hal itu hatiku terasa hangat, senyumku terukir, dan pipiku memerah. Dibalik kegilaan dan pekerja kerasnya, ia punya sisi manis yang membuatku meleleh layaknya es krim hehe. Tiap kali aku merasa rindu dengannya, aku putar pesan suara itu. Aku dengarkan sambil memejamkan mata, dan berharap bisa bertemu dengan dia lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline