Lihat ke Halaman Asli

listiani

bukan penulis

Public Enemy

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenyamanan adalah suatu hal yang harus dimiliki dalam hal apapun. Baik itu pertemanan,persahabatan,hubungan percintaan ataupun dalam lingkungan pekerjaan. Namun terkadang, rasa kenyamanan itu hilang ataupun sama sekali tidak ada. Cukup membahas “kenyamanan” nya ya.

Kali ini saya akan membahas mengenai “public enemy” atau orang yang tidak disukai oleh orang-orang yang ada disekitarnya, dan masalah public enemy ini masih erat kaitannya dengan kenyamanan yang tadi saya bahas. Menjadi seorang public enemy adalah hal yang tidak menyenangkan dan sama sekali tidak diinginkan oleh satu orang pun. Tapi pada kenyataan nya, banyak orang di luar sana yang menjadi seorang public enemy. Ada beberapa alasan, mengapa seseorang bisa menjadi seorang public enemy. Diantaranya adalah sifat dan sikap, setiap orang pastilah mempunyai sifat dan sikap yang berbeda. Dan mungkin salah satu dari sifat orang tersebut tidak disukai oleh orang-orang yang berada dilingkungan nya. Hingga akhirnya, orang tersebut menjadi seorang public enemy.

Ketahuilah, bahwa seorang menjadi public enemy itu menyakitkan, dimana semua orang yang berada dilingkungannya yang seharusnya membuat orang tersebut merasa nyaman, tetapi malah justru membencinya,tidak menyukainya,dan bahkan menjauhinya. Salah satu contoh public enemy itu sendiri adalah saya. Saat itu saya masih duduk dikelas 6 sekolah dasar (SD). Saya tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada diri saya. Yang saya tahu, hal itu memang menyakitkan. Dimana, saya dijauhi oleh teman-teman perempuan saya. Tanpa saya pernah tahu apa alasan mereka melakukan itu, bahkan terkadang mereka membicarakan saya dibelakang saya. Dan hal itu mengharuskan saya untuk lebih akrab dengan teman-teman lelaki saya. Saya benar-benar tidak nyaman dengan keadaan seperti itu, sampai saya menginginkan untuk segera lulus dari sekolah dasar. Namun beruntunglah, saya masih memiliki teman-teman lelaki saya. Dan kadang, sampai saat ini, saya masih saja menganggap masa-masa sekolah dasar itu adalah masa-masa yang paling tidak menyenangkan.

Saya hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak kasus bullying atau public enemy yang terjadi.Bahkan, seorang artis ternama pun pernah mengalami hal yang sama dengan saya, pada saat ia sekolah dasar. Dan hal tidak menyenangkan itupun masih tersimpan rapih dalam ingatan memorinya dan bahkan mempengaruhi psikologi nya. Begitupun dengan saya, sampai saat ini saya pun masih mengingat kenangan yang bisa dikatakan amat sangat tidak menyenangkan itu. Sampai saat ini pun, masih saja ada orang yang menjadi seorang “public enemy”.

Pernahkah terpikir oleh mereka rasa kasihan ataupun iba, karna telah menjadikan seseorang “public enemy” ? haha saya rasa tidak, tetapi mudah-mudahan mereka memikirkannya meski hanya sekedar terlintas dalam benak dan pikirannya. Untuk orang-orang yang suka melakukan bullying atau hal apapun yang tidak menyenangkan, berhentilah melakukan itu. Pikirkan bagaimana keadaan hati dan psikologi mereka, yang kalian bully. Cobalah bayangkan, jika kalian berada diposisi si public enemy tersebut. Gunakan hati nurani kalian, saya yakin kalian pastilah punya “hati nurani”. Dan untuk para public enemy, berhentilah bersedih,perbaiki diri kalian,jadilah orang yang lebih baik,jadilah diri kalian sendiri,dan yang tepenting adalah tetap balas kejahatan itu dengan kebaikan. Sang Khalik tidak pernah tidur, dan percayalah ketika kejahatan dibalas dengan kebaikan, maka kebahagiaan itu akan datang.

Ini hanyalah sekedar catatan harian belaka, tidak bermaksud untuk menggurui atau apapun. Hanya sedikit berbagi kisah yang pernah saya alami. Namanya juga hidup, kadang menyenangkan dan kadang menyedihkan. Jangan pernah menyerah pada keadaan, hadapi apa yang ditakuti,jadilah orang yang menyenangkan, buatlah tersenyum mereka yang kalian sayangi. Ini hidup, tidak akan terasa hidup jika tidak ada yang namanya “Cobaan” .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline