Lihat ke Halaman Asli

Membedah Pola Didik, Membedah Pola Pikir

Diperbarui: 20 September 2016   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya mengelola yayasan yang didalamnya ada beberapa unit pendidikan yaitu pendidikan pra sekolah ( PAUD dan TK ) dan Sekolah Dasar dg konsep fullday school berbasis Islam.

Disekolah, kami mendapatkan amanah yg luar biasa yaitu dipercaya untuk membantu  anak- anak istimewa.

Salah satunya bernama galuh.dia anak kelas 1 SDIT. Keseharian galuh nampak sepintas  biasa saja. Dia belajar, bermain dengan teman sebayanya seperti anak2 lainnya. Keterbatasan penglihatan tidak menjadi kendala bagi anak tsb. Dia tetap ceria dan berinteraksi secara wajar. Demikian halnya dengan teman2nya. Mereka memperlakukan galuh tidak berbeda dengan lainnya.

Galuh adalah seorang anak dengan keterbatasan penglihatan. Para ahli mata yang pernah didatangi orangtuanya diberbagai rumah sakit, termasuk di RS spesialis mata cicendo bandung mengatakan bahwa bola mata galuh memang tidak dapat berkembang, sehingga semakin dia besar , mata nya akan semakin mengkerut.

Untungnya galuh memiliki orang tua yang hebat. Mereka tidak berkecil hati dan justru selalu berdiskusi dengan kami para pendidiknya perihal apa dan bagaimana progress keseharian galuh.

Galuh tidak dapat melihat secara fisik, tapi ajaibnya dia dengan cepat dapat mengidentifikasi teman2 sekelasnya satu demi satu. Dia juga dapat membedakan aneka warna, buku pelajaran, barang2, nilai mata uang dll. tanpa harus melihat.  Istimewanya lagi sejak usia TK dia sudah mampu menghafal juz 30 alquran,beberapa hafalan surat2 panjang dan pendek secara random, dan hafalan doa2.

Semula guru kelasnya sempat bingung dan berkonsultasi dengan saya,.... Bu..apa yg harus saya lakukan untuk galuh, dia mungkin tidak akan bisa mengejar target pembelajaran membaca, menulis dan berhitung.

Saya bilang..No.tidak usah kejar target,kita akan bantu dia mengoptimalkan potensinya, sesuai kemampuannya. Hal itu pula yang saya sampaikan kepada orang tua galuh untuk lebih memotivasi mereka.

Terkadang banyak orang tua dan guru yang terlalu kaku melihat perkembangan anak menurut standard kurikulum pada umumnya. Kadang kita tidak menyadari bahwa setiap anak dilahirkan, tumbuh dan berkembang dengan keistimewaan yang berbeda.

Sebagai pendidik, tentunya kita harus lebih adil memposisikan dan memahami personalisasi anak.

Saat ada seorang anak berbeda dan dianggap nakal oleh teman2nya, misalnya. Saat itulah pendidik harus melihat adanya tantangan besar, bagaimana agar bisa membantu anak tsb.lebih bisa mengelola keingin tahuannya, mengelola emosinya, mengelola jiwa pemberontakannya, menjadi sesuatu yg bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline