Bukan bermaksud tak sopan untuk tak membukakan pintu bagi tamu. Namun bagiku, tidak ada lagi alasan untuk membukanya lagi. Karna yang sebelumnyapun datang dengan baik-baik namun malah merampas semua isi rumahku. Yang kujamu bak tamu istimewa ternyata hanyalah perampok tak berhati.
Bukan bermaksud untuk mencurigaimu. Namun memang tidak akan ada kepastian bahwa kaupun tidak akan mencurangiku. Cukup untuk sekedar bercengkrama di teras rumah tanpa harus masuk ke dalamnya. Karna dari masing-masing kita tidak akan ada yg dirugikan. Karna jika kau masih di teras rumah akan lebih mudah untuk pamit dan berkunjung lagi.
Tidak ada keniatan untuk mengusirmu. Namun memang rumahku juga masih kosong tanpa isi. Belum pantas untuk dicap sebagai rumah idaman apalagi untuk membuatmu nyaman. Biar dengan Tuhan saja kurapikan dan kubersihkan rumahku. Agar kau tak perlu repot-repot turut kelelahan. Cukup menyaksikan dan mendoakan. Maka hanya itulah yang sebenarkanya kubutuhkan.
Tidak ada maksud dariku untuk membuatmu kepanasan dan kedinginan di teras rumahku. Namun jika kau enggan kau boleh pulang. Dan jika kau senggang kaupun boleh datang.
Sesederhana itu pertemuan di teras rumahku. Menjamu para tamu tanpa perlu membukaakan pintu. Memberitahu tentang isi kamarku atau sekedar dapurku.
Dan sesederhana itu memang pembicaraan di teras rumahku. Sekedar penjelasan agar tidak ada lagi kesalah pahaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H