Lihat ke Halaman Asli

Elisa Putri

Mahasiswa IAIN BONE

Kurangnya Kepatuhan Membayar Pajak di Indonesia

Diperbarui: 9 Januari 2025   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sebagai seorang mahasiswa yang turut merasakan dampak dari kebijakan fiskal negara, saya mengamati adanya fenomena menarik terkait kepatuhan perpajakan di Indonesia. Meskipun pemerintah telah gencar melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai pentingnya membayar pajak, masih banyak individu dan entitas bisnis yang enggan atau menunda-nunda kewajiban perpajakannya. Fenomena ini patut menjadi perhatian serius, mengingat pajak merupakan tulang punggung keuangan negara yang sangat dibutuhkan untuk membiayai berbagai program pembangunan dan pelayanan publik.

Yang menarik adalah ketidakpatuhan pembayaran pajak ditemukan pada kelompok masyarakat yang seharusnya menjadi contoh dalam memenuhi kewajiban negara. Permasalahan rendahnya kepatuhan pajak tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat menengah ke bawah, tetapi justru lebih banyak terjadi di kalangan masyarakat kelas atas dan pelaku usaha besar. Banyak orang kaya dan pengusaha yang memiliki aset besar namun enggan atau sengaja menunda membayar pajak sesuai dengan kewajibannya. Hal ini menunjukkan bahwa masalah kepatuhan pajak di Indonesia merupakan masalah yang kompleks dan melibatkan berbagai lapisan masyarakat. Fenomena ini semakin menguatkan anggapan bahwa masalah kepatuhan pajak di Indonesia merupakan persoalan yang kompleks dan multidimensi, melibatkan berbagai lapisan masyarakat dari miskin hingga kaya
Rendahnya kepatuhan pajak di Indonesia bukan tanpa alasan. 

Evasif pajak di kalangan berpendapatan tinggi memiliki dampak yang sangat merugikan bagi negara dan masyarakat. Pertama, negara kehilangan potensi pendapatan yang sangat besar, sehingga berdampak pada kemampuan pemerintah dalam membiayai pembangunan dan pelayanan publik. Kedua, praktik ini menciptakan ketidakadilan, karena beban pajak yang seharusnya ditanggung bersama dipindahkan ke bahu masyarakat menengah ke bawah. Ketiga, evasi pajak dapat merusak iklim investasi dan persaingan usaha yang sehat, karena perusahaan yang taat pajak akan kesulitan bersaing dengan perusahaan yang tidak taat pajak.

Beberapa faktor kompleks saling terkait dan berkontribusi terhadap permasalahan ini.
1.      Kurangnya kesadaran dan pemahaman: Masih banyak masyarakat, terutama di kalangan menengah ke bawah, yang belum sepenuhnya memahami pentingnya pajak bagi pembangunan negara. Kurangnya pendidikan keuangan dan kesadaran hukum juga menjadi faktor penghambat.
2.      Ketidakpercayaan terhadap pemerintah: Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam mengelola keuangan negara menjadi salah satu penyebab utama rendahnya kepatuhan pajak. Kasus korupsi dan penyalahgunaan anggaran yang sering terjadi semakin memperparah kondisi ini.
3.      Sistem perpajakan yang rumit: Peraturan perpajakan yang kompleks dan seringkali berubah-ubah membuat wajib pajak kesulitan untuk memahami dan memenuhi kewajibannya.
4.      Beban pajak yang dirasakan berat: Beberapa wajib pajak merasa bahwa beban pajak yang mereka tanggung terlalu berat dibandingkan dengan manfaat yang mereka terima dari pemerintah.
5.      Kurangnya pengawasan dan penegakan hukum: Pengawasan terhadap wajib pajak masih belum optimal, sehingga banyak wajib pajak yang berani untuk tidak membayar pajak atau melaporkan penghasilannya dengan tidak benar.
6.      Adanya praktik penghindaran pajak: Banyak wajib pajak, terutama pengusaha besar, yang melakukan praktik penghindaran pajak secara legal untuk meminimalkan beban pajak yang harus mereka bayar.
Rendahnya kepatuhan pajak memiliki dampak yang sangat luas bagi negara dan masyarakat. Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan antara lain:
1.      Menghambat pertumbuhan ekonomi: Pendapatan negara yang berasal dari pajak sangat penting untuk membiayai pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan sektor-sektor lainnya yang menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi. Ketika kepatuhan pajak rendah, maka pendapatan negara akan berkurang dan berdampak pada kemampuan pemerintah dalam membiayai pembangunan.
2.      Memperbesar ketimpangan sosial: Beban pajak yang tidak merata akan memperbesar ketimpangan sosial. Mereka yang taat pajak akan merasa dirugikan karena harus menanggung beban pajak yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak taat.
3.      Melemahkan keuangan negara: Rendahnya kepatuhan pajak akan menyebabkan defisit anggaran yang semakin membesar. Untuk menutup defisit anggaran, pemerintah terpaksa mencari sumber pembiayaan lain, seperti utang atau mencetak uang, yang pada akhirnya akan membebani generasi mendatang.
4.      Mendorong terjadinya praktik korupsi: Rendahnya kepatuhan pajak dapat mendorong terjadinya praktik korupsi. Pejabat pemerintah mungkin tergoda untuk melakukan korupsi agar dapat memperoleh keuntungan pribadi
Yang menarik adalah ketidakpatuhan pembayaran pajak ditemukan pada kelompok masyarakat yang seharusnya menjadi contoh dalam memenuhi kewajiban negara.
Untuk mengatasi permasalahan rendahnya kepatuhan pajak, diperlukan upaya yang komprehensif dari berbagai pihak. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
1.      Peningkatan kesadaran: Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan perguruan tinggi perlu bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membayar pajak.
2.      Penyederhanaan sistem perpajakan: Sistem perpajakan perlu dibuat lebih sederhana, mudah dipahami, dan efisien.
3.      Peningkatan pelayanan: Pelayanan perpajakan perlu ditingkatkan agar lebih cepat, mudah, dan ramah.
4.      Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum: Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan terhadap wajib pajak dan memberikan sanksi yang tegas bagi mereka yang tidak taat pajak.
5.      Peningkatan transparansi dan akuntabilitas: Pemerintah perlu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara agar masyarakat dapat melihat secara jelas bagaimana dana pajak yang mereka bayarkan digunakan.
6.      Membangun kepercayaan masyarakat: Pemerintah perlu membangun kepercayaan masyarakat dengan menunjukkan bahwa dana pajak yang terkumpul digunakan untuk kepentingan masyarakat banyak.
Dari sudut pandang saya terkait hal ini, ketidakpatuhan dalam pembayaran pajak sering kali disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya pemahaman tentang kewajiban pajak, beban pajak yang dianggap terlalu tinggi, atau ketidakpercayaan terhadap pemerintah dalam mengelola dana publik. Beberapa orang merasa bahwa pajak yang mereka bayarkan tidak digunakan secara efektif untuk kepentingan masyarakat, sehingga enggan memenuhi kewajiban mereka.
Selain itu, faktor ekonomi juga berperan penting. Dalam kondisi keuangan yang sulit, individu cenderung memprioritaskan kebutuhan pribadi dibandingkan membayar pajak. Di sisi lain, ada pula yang secara sengaja menghindari pajak dengan memanfaatkan celah hukum atau melakukan pelanggaran seperti penghindaran pajak dan ini banyak di jumpai disekitar lingkungan tempat tinggal kita seakan-akan hal seperti ini dianggap sepele sehingga ini perlu diluruskan agar tidak menyebabkan hal negatif yang berkepanjangan.
Namun, ketidakpatuhan dalam pembayaran pajak dapat berdampak negatif, baik bagi individu maupun masyarakat luas. Pendapatan negara yang berkurang dapat menghambat pembangunan dan penyediaan layanan publik, yang pada akhirnya merugikan semua pihak. Oleh karena itu, meningkatkan kesadaran, transparansi, dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem perpajakan menjadi langkah penting dalam mengurangi ketidakpatuhan pajak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline