Lihat ke Halaman Asli

Jumantik di Dusun Tokengan: Benarkah Membasmi Nyamuk Aedes Aegypti Cukup dengan Fogging Saja?

Diperbarui: 17 Agustus 2024   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demam Berdarah Dengue atau yang biasa dikenal dengan DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti. Gejala demam berdarah ini antara lain, demam tinggi 2-7 hari, ruam merah pada kulit, nyeri ulu hati, nyeri kepala, pendarahan tiba-tiba, hingga menyebabkan kematian. Kunci utama dari membasmi nyamuk ini adalah dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN. PSN ini dapat dilakukan dengan 3M, yaitu:

  • Menguras

Menguras bak mandi atau tempat penampungan air menjadi salah satu upaya dalam memberantas sarang nyamuk, hal karena air yang menggenang menjadi tempat nyamuk berkembak biak. Menguras bak mandi dilakukan minimal satu kali seminggu. Dalam menguras bak mandi, tidak hanya membuang air lama dan mengganti dengan air yang baru. Namun juga sambil menggosok sudut bak mandi agar telur nyamuk ikut luruh.

  • Menutup

Menutup penampungan air, merupakan kegiatan menutup tempat penampungan air rapat-rapat untuk mencegah nyamuk bertelur pada tempat penampungan air.

  • Mendaur ulang

Memanfaatkan kembali limbah barang bekas, utamanya yang berpotensi menjadi tempat genangan air, dapat mencegah potensi nyamuk berkembang biak semakin besar. Selain itu dengan mendaur ulang limbah dapat menambah nilai ekonomis dari limbah tersebut.


Foto Bersama Ibu-ibu di Dusun Tokengan, Desa Peleyan/Dok Pribadi

Dalam upaya untuk memberantas penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di tengah masyarakat, kegiatan penyuluhan DBD dan Jumantik (Juru Pemantau Jentik) menjadi salah satu program kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok KKN UMD Universitas Jember 204

Kegiatan ini dilakukan pada hari Minggu (4/08/2024) bertempat di Dusun Tokengan, Desa Peleyan, yang memiliki latar belakang kasus DBD terbanyak di desa. 

Dalam kurun waktu dua bulan terakhir, ada tiga orang dari lingkungan yang berdekatan yang terjangkit DBD. Sehingga untuk mencegah merebaknya DBD di daerah tersebut dilakukan penyuluhan dan jumantik.

Kegiatan dibuka dengan dilakukannya penyuluhan pada masyarakat mengenai DBD. Dalam sesi penyuluhan ini, Aulia Mahmuda yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) dan Lisa Aprilia yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), menyampaikan mengenai penyebab DBD yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. 

Nyamuk ini memiliki ciri fisik dan gaya hidup yang berbeda dengan nyamuk biasanya. Dalam segi fisik, nyamuk ini memiliki warna belang hitam putih dan bintik putih pada tubuhnya. 

Sementara gaya hidup nyamuk ini, cukup berbeda dengan nyamuk lainnya. Nyamuk penyebab DBD ini hidup di lingkungan yang gelap dan lembab, seperti gantungan baju bersih dan pojokan ruangan. 

Sementara itu nyamuk aedes bertelur hanya pada genangan air yang bersih seperti bak kamar mandi, ban bekas, kaleng bekas, dll. Berbeda dengan nyamuk lainnya, nyamuk ini tidak keluar sepanjang malam. Namun nyamuk ini biasanya keluar pada jam 09.00 - 10.00 dan 16.00 - 18.00.

Selepas sesi penyuluhan, mahasiswa membuka sharing session. Dalam sesi sharing ini, masyarakat terlihat aktif. Salah satunya menyampaikan mengenai adanya kegiatan fogging yang baru-baru ini dilakukan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline