Lihat ke Halaman Asli

Elisa Koraag

Akun Kompasiana ke dua

Paris Fashion Week Harusnya Membawa Fashion Muslim Indonesia

Diperbarui: 16 Maret 2022   11:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melanjutkan tulisan saya di sini.

Pagi-pagi gelak tawa kami membahana di Rumah Perubahan Rhenald Kasali. Saya dan kawan-kawan datang ke rumah Perubahan menghadiri semibar dan Coacing bertajuk EMPOWERING SMEs To Recover Stronger, yang dihelat Briefer, IGICO Advisory dan Rumah Perubahan Rhenald Kasali. Keberuntungan menyertai saya dan kawan-kawan yang sebelum fajar rela meninggalkan kehangatan ranjang dan selimut untuk datang ke rumah Perubahan. Emang tidak ada hasil yang mengkhianati usaha. Jujur, awalnya membayangkan Ciledug-Bekasi, terasa berat. Tapi di dorong keinginan bertemu kawan-kawan dan hadir di acara secara langsung, sudah tak terbendung. Pandemi sudah berulangtahun kedua tapi belum mau pergi. Jadila saya dan orang-orang beradaptasi dengan menerakan hidup normal gaya baru. Di telepon genggam selain aplikasi media sosial, financial, kini dilengkapi dengan aplikasi Peduli Lindungi.

pak-perry-623132017a36cd2ed82af1a3.jpg

Oh ya, gelak tawa kami karena obrolan santai dan ringan bersama Pengusaha, pemiliki Floating Market lembang , Perry Tristianto Saya dan kawan-kawan baru menghabiskan masing-masing seporsi sate dan lontong sebagai sarapan. Ciledug jauh, bro dari bekasi. Jadi maklumlah kalau nggak sempat sarapan. Pak Perry sebagai pendukung bahkan bisa dibilang  rajanya UKM dari Bandung, mengajak 10 UKM untuk mengikuti bazar di Rumah Perubahan. Sate Karmel yang baru saja kami santap salah satu UKM yang diajak Pak Perry. Beliau menginformasikan Sate Karmel ini salah UKM yang mengisi kuliner di Destinasi Wisata Floating Market lembang, omsetnya 400 juta/sebulan.

sate-karmel-6231322080a65a4e6c1850b2.jpg

Tak lama berselang Prof. Rhenald Kasali bergabung dengan kami. Masih menyambung perbincangan dengan Pak Perry. Prof. Rhenald Kasali mengatakan: Butuh kolaborasi besar-besaran untuk melalui masa-masa penuh tantangan seperti ini. Ini sejalan banget dengan Briefer, platform kolaborasi yang diluncurkan PT Kreasi Komunikasi Digital, unit strategis dari IGICO Advisory. Aplikasi Briefer dirancang bagi para praktisi komunikasi yang berfokus pada bidang public relations, brands dan keahlian terkait lainnya. Makanya Briefer, IGICO berkolaborasi dengan Rumah Perubahan menyelenggarakan Seminar dan coaching ini.

Saya langsung bertanya tanggapan Paris Fashion Week. pada Prof. Rhenald Kasali. Beliau menjawab kan sudah banyak diulas media, Flexing itu.  Flexing  dalam bahasa gaul atau slang words,  merupakan kata yang memiliki arti orang yang suka menyombongkan diri, biasanya pamer kekayaan.Sementara menurut Cambridge Dictionary, flexing menunjukkan sesuatu yang seseorang miliki atau raih tetapi dengan cara yang dianggap oleh orang lain tidak menyenangkan.

me-and-prof-rhenald-623132427a36cd0d26145022.jpg

Wow itu sih emang yang sedang trending, pamer saldo atm, pamer uang tunai, pamer beli mobil mewah, notor mewah, perhiasan dan lain-lain. Emang sih ulah mereka tidak merugikan orang lain tapi tetap saja terlihat nggak elok. Apalagi jika perkembangan sosok yang disebut Sultan, malah menjadi berpakaian rompi oranye.

Paris Fashion Week  sebuah kegiatan fashion Internasional yang diselenggarakan beberapa kali dalam setahun. Sedangkan  Paris Fashion Show , ajang numpang di Paris Fashion Week dengan menggandeng 10 brand lokal Indonesia yang dikoordinir Gekraf, sebuah badan di dalam Bekraf di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sebetulnya dari situ sudah jelas, kok bisa-bisanya ayam geprek menglaim ikut paris Fashion Week yang kenyataan cuma ikut Paris Fashion Show. Kenapa saya bilang numpang karena. dikiranya orang Indonesia bodoh. Mereka ikut paris Fashion Show tapi publikasinya Paris Fashion Week. Beda tipis sama flexing kan? tapi nggak tahu juga kalau pemilik brand lokal Indonesia, nggak tahu kalau cuma diajak Paris Fashion Show, yang penting hura-hura ke luar negeri. Buat saya, emang pembodohan sih.

Sebetulnya saya pribadi sedih. karena betapa miskin info dan pengetahuan para pemilik brand lokal ini. namanya Paris Fashion Week yang ajangnya adibusana. Paris Fashion Week titik beratnya lebih pada bisnis. Dimana pameran baju yang dikenakan model di catwalk, diperlihatkan hanya kepada media dan calon pembeli. Bukan dipertontonkan kepada khalayak ramai. Calon pembelinyapun biasanya korporasi. karena memang untuk dijual lagi. Bisa sebagai pakaian musim panas, musim dingin atau musim semi. tiap musim fashionnya beda-beda.

Pak Perry menyambung, sebetulnya kalau Kemenparekraf jeli, saat momen Paris Fashion Week hatusnya  yang dibawa Fashion Muslim Indonesia. Kita nggak bersaing dengan Fashionnya Paris tapi pasti mata dunia akan melihat Fashion Muslim Indonesia. Biar jadi ajang pamer, nanti pembeli akan datang. Apalagi ini menjelang Ramadhan. Trend Fashion Muslim Indonesia bisa mendunia karena sebagai negara dengan mayoritas pemeluk muslim, baju muslim jadi kebutuhan dan fashionnya terus bergerak tumbuh.

UKM itu tulang punggung ekonomi, bagus pemerintah terus berupaya memfasilitasi kelahirakn UKM baru tapi UKM lama harus tetap dibina. Pesan Pak Perry sebelum mengakhiri obrolan singkat kami, Karena kedua pakar sudah ditunggu di panggung acara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline