Lihat ke Halaman Asli

Elisa Koraag

Influencer

Perlu Belajar dari Gafatar

Diperbarui: 25 Januari 2016   15:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Anakku: Ma, tahu nggak kepanjangan GAFATAR?

Mama: Ya tahu dong.

Anakku: Apa?

Mama: Gerakan Fajar Nusantara

Anakku: Salah

Mama: Eh, kok salah?

Anakku: Yang benar, Gak Afa-afa ntar

Mama: Itu sih Kamu, kalau disuruh mama, jawabnya gitu!

Itulah sepotong percakapan saya  dengan si bungsu, saat nonton pemberitaan dipulangkannya anggota Gafatar dari Mempawah Kalimantan ke daerah asal, di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Indonesia adalah kawasan luas yang memiliki aneka kekayaan nusantara yang berbeda. Dengan kata lain perbedaan yang ada di Indonesia adalah salah satu kekayaan yang HARUS dan WAJIB disyukuri. Seringkali PELANGI diambil sebagai perumpamaan. PELANGI terlihat indah karena kombinasinya warna berbeda. Itu juga yang menjadi semboyan negara kita BHINNEKA TUNGGAL IKA, berbeda-beda tapi satu.

Masalah kayakinan, menurut saya pribadi sangat individual. Artinya itu ranah pribadi. Menghormati Hak Azasi Manusia, maka setiap orang berhak meyakini, apa yang ingin diyakini. Persoalannya berbeda jika keyakinan tersebut disebar luaskan lalu mengajak ikut orang lain,  baik dengan imbauan maupun dengan paksaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline